Dua kali ke Warso Farm? A big NO!
January 01, 2017
Tiga hari sebelum long weekend pertengahan bulan Desember kemarin, tetiba terpikir pengen liburan. Tapi gak mau jauh-jauh juga soalnya dua minggu ke depannya bakalan mudik. Pilihannya: di daerah Jabodetabek.
Jadi inget beberapa bulan lalu, aku berniat ke kebun duren di daerah Bogor. Dulu bahkan sempat browsing lokasi tujuan sampe detail. Karena satu dan lain hal, rencana tersebut belum terlaksana. Emang dasarnya sudah harus waktunya ke sana mungkin yaa, rencana dadakan malah terlaksana!
Berbagai ekspektasi mengenai kebun ini ada di kepala (hanya mengandalkan baca blog orang). Dari mulai perjalanan jauh sampai suasana sejuk dan kepuasan makan duren langsung dari pohonnya.
Kenyataannya...
Hari Sabtu tanggal 10 Desember 2016, kami berangkat terlalu siang. Idealnya kami sudah harus berangkat jam 7 pagi biar sampai ke Bogor gak terlalu siang dan macet. Tapi, karena mager (males gerak) dan ngurusin ini itu di rumah, kami baru berangkat jam 9-an pagi.
Transportasi umum menjadi pilihan utama kami menuju Bogor dari Jakarta. Dari Mampang menuju Stasiun Cawang kami naik bus Transjakarta (perjalanan + 20 menit dengan satu kali transit di Kuningan Timur), kemudian dilanjutkan naik commuter line tujuan stasiun Bogor selama + 1 jam. Di siang bolong yang panas akhirnya kami sampai di stasiun Bogor dan harus melanjutkan perjalanan dengan naik angkot 02 (selama + 20 menit akibat macet banget!) menuju Bogor Trade Mall (BTM). Nah, dari sana kami harus berganti angkot menuju jurusan lain. Setelah turun di depan BTM, kami balik arah sedikit dengan berjalan kaki ke arah pasar untuk naik angkot 04a di jalan sempit (info dari warga: dikarenakan pasar yang macet, biasanya banyak angkot yang muter melalui jalan lainnya sebagai alternatif). Di sana akhirnya kami dapat angkot 04a menuju Cihideung dengan perjalanan + 1 jam. Jadi, perjalanan memang sesuai ekspektasi: macet, jauh, dan lama. Dalam hati berharap semoga perjalanan jauh ini indah pada akhirnya :D (dengan terus terbayang duren di kebun).
Daaaaaann sampailah kami di akhir tujuan angkot 04a yang dekat sekali dengan Warso Farm. Yups, kami jauh-jauh pergi ke Cihideung demi ke sini! Demi dureeeeeeennn langsung dipetik dari pohonnya!!
Suasana sudah mulai mendung ketika kami sampai di sana sekitar jam 2 siang. Dari kejauhan terlihat semacam tugu durian raksasa di pinggir jalan. Akhirnya kami masuk gerbang (gratis loh!). Ternyata di bagian dalam ada tugu durian besar lagi! Gak cuma sendiri, tapi ditemani tugu buah naga raksasa. Di tugu itu tertulis 1 April 2008 dan 1 April 2010. Kayaknya sebagai penanda awal mula berdirinya Warso Farm atau pembuatan masing-masing tugunya.
Warso Farm sore itu tidak terlalu ramai dikunjungi, entah karena memang sudah terlalu sore (mungkin pengunjung lebih banyak di pagi hari) atau memang belum puncak musim durian (Desember - Maret).
Berjalan ke arah dalam, terdapat beberapa fasilitas berbentuk saung-saung kecil. Dari mulai waroeng durian, kedai makan, sampai mushola. Aku pun tertarik dengan tagline "Long Life Education" yang diusung Warso Farm ini sampe gak sabar pengen eksplor lebih dalam tempat ini.
Area depan Warso Farm tidak terlalu besar. Selain tugu durian dan buah naga raksasa, juga ada mushola di atas kolam ikan kecil. Tampilan luarnya bagus, tapi bagian dalam musholanya kurang rapi dan panas (sedikit terbantu dengan cuaca mendung jadi tidak kentara panasnya).
Fasilitas lainnya ada pemancingan ikan dan kebun bibit di seberang jalan (gak sempet ke sana). Sisanya cuma foto-foto Pak Warso yang mendominasi di beberapa dinding kedai dan pinggir jalan menuju kebun durian.
Di samping Waroeng Durian Warso ini terdapat playground untuk anak-anak. Tidak terlalu banyak atraksi di sini karena tempatnya juga tidak terlalu besar.
Tiba-tiba hujan turun! Akhirnya kami memutuskan untuk ke kedai makan karena memang perut sudah keroncongan semenjak di perjalanan yang panjang tadi. Kedai ini namanya Dapoer Warso. Tempatnya tidak terlalu besar dengan kursi dan meja panjang bambunya.
Menu buat late lunch ini sederhana saja : Bihun Baso buat aku dan Ayam Bakar buat suami.
Rasa basonya standar :( dan kurang panas kuahnya. Padahal lagi hujan dan sangat berharap baso ini bisa menghangatkan badan. Basonya juga tanpa sayur dan toge (lagi-lagi kecewa). Bener-bener sesuai namanya Baso Bihun jadi isinya baso dan bihun tok! Tapi lumayan mengenyangkan kok karena basonya besar walaupun rasanya biasa aja. Indikator baso yang biasa itu, kalo aku makan pasti kuahnya bersisa. Kalo enak, kuahnya abis sampe ke dasar mangkok :D.
Menu makanan di kedai ini standar, ada nasi goreng, ikan, ayam, aneka jus, burger, popcorn, sampai sop durian.
Dilihat dari porsinya, Ayam Bakar ini besar! Liat aja di fotonya sampai full gitu. Lalapannya juga buuuaaanyyaaaaakk! Aku sampe ngiri sama suami yang pesan Ayam Bakar, sedangkan aku cuma makan Baso Bihun kuah dingin. Aku cuma nyicip dikit tapi enak kok sesuai tampilannya. Harganya juga standar sekitar 20 ribuan belum termasuk nasi.
Oia, kalo foodies ke sini langsung, pasti merasakan atmosfer yang berbeda. Ada sentuhan militer di beberapa sudutnya. Benar saja, ternyata Pak Warso ini dulunya prajurit TNI atau veteran. Suasana hijau tua ala militer sangat kental di sini. Contohnya di area kolam ikan dekat Dapoer Warso ini.
Ada beberapa quote atau kata-kata mutiara di Warso Farm ini. Salah satunya quote dari Jend. Mc. Arthur ini. Bagus sih menurut aku karena hal ini bikin orang yang datang ke sini terus berpikiran positif.
Oia, masih di area kedai makan, di sini banyak angsa-angsa cantik loh! Walaupun aku takut binatang, tapi angsa ini lucu dengan bulu putih bersihnya. Anak-anak pun dapat memberi makan angsa ini (walaupun dari sisa lalapan :p).
Hujan udah lumayan agak surut. Kami pun bergegas dengan semangat menuju arah kebun durian. Menuju atas di mana kebun durian berada, suasana militer masih tetap terasa. Tugu semacam buku raksasa di sana cukup keren loh. Masih dengan quote-quote nya.
Nah, sesuai dengan peringatan yang terpampang di beberapa spot Warso Farm ini, pengunjung ternyata dilarang memetik bunga dan buah sembarangan. Untuk ngambil buah duriannya? Aku berspekulasi mungkin ada petugas di kebun yang metikin buat pengunjung.
Jalanan sedikit menanjak menuju kebun dan cukup licin karena hujan. Udara sejuk dengan tanaman hijau di sekeliling mengiringi perjalanan dengan harapan kenikmatan mencicipi durian di kebun. Di sini juga ada kedai cemilan di pinggir jalan.
Jangan takut tersesat yaa, soalnya ada penunjuk arah menuju kebun. Jaraknya juga tidak terlalu jauh jadi pengunjung tidak akan terlalu capek menuju sana. Banyak spot dengan background pohon atau tanaman untuk berfoto yang sayang untuk dilewatkan.
Kenyataannya...
Hari Sabtu tanggal 10 Desember 2016, kami berangkat terlalu siang. Idealnya kami sudah harus berangkat jam 7 pagi biar sampai ke Bogor gak terlalu siang dan macet. Tapi, karena mager (males gerak) dan ngurusin ini itu di rumah, kami baru berangkat jam 9-an pagi.
Transportasi umum menjadi pilihan utama kami menuju Bogor dari Jakarta. Dari Mampang menuju Stasiun Cawang kami naik bus Transjakarta (perjalanan + 20 menit dengan satu kali transit di Kuningan Timur), kemudian dilanjutkan naik commuter line tujuan stasiun Bogor selama + 1 jam. Di siang bolong yang panas akhirnya kami sampai di stasiun Bogor dan harus melanjutkan perjalanan dengan naik angkot 02 (selama + 20 menit akibat macet banget!) menuju Bogor Trade Mall (BTM). Nah, dari sana kami harus berganti angkot menuju jurusan lain. Setelah turun di depan BTM, kami balik arah sedikit dengan berjalan kaki ke arah pasar untuk naik angkot 04a di jalan sempit (info dari warga: dikarenakan pasar yang macet, biasanya banyak angkot yang muter melalui jalan lainnya sebagai alternatif). Di sana akhirnya kami dapat angkot 04a menuju Cihideung dengan perjalanan + 1 jam. Jadi, perjalanan memang sesuai ekspektasi: macet, jauh, dan lama. Dalam hati berharap semoga perjalanan jauh ini indah pada akhirnya :D (dengan terus terbayang duren di kebun).
Daaaaaann sampailah kami di akhir tujuan angkot 04a yang dekat sekali dengan Warso Farm. Yups, kami jauh-jauh pergi ke Cihideung demi ke sini! Demi dureeeeeeennn langsung dipetik dari pohonnya!!
Warso Farm Bogor |
Suasana sudah mulai mendung ketika kami sampai di sana sekitar jam 2 siang. Dari kejauhan terlihat semacam tugu durian raksasa di pinggir jalan. Akhirnya kami masuk gerbang (gratis loh!). Ternyata di bagian dalam ada tugu durian besar lagi! Gak cuma sendiri, tapi ditemani tugu buah naga raksasa. Di tugu itu tertulis 1 April 2008 dan 1 April 2010. Kayaknya sebagai penanda awal mula berdirinya Warso Farm atau pembuatan masing-masing tugunya.
Warso Farm sore itu tidak terlalu ramai dikunjungi, entah karena memang sudah terlalu sore (mungkin pengunjung lebih banyak di pagi hari) atau memang belum puncak musim durian (Desember - Maret).
Warso Farm Bogor |
Berjalan ke arah dalam, terdapat beberapa fasilitas berbentuk saung-saung kecil. Dari mulai waroeng durian, kedai makan, sampai mushola. Aku pun tertarik dengan tagline "Long Life Education" yang diusung Warso Farm ini sampe gak sabar pengen eksplor lebih dalam tempat ini.
Area depan Warso Farm tidak terlalu besar. Selain tugu durian dan buah naga raksasa, juga ada mushola di atas kolam ikan kecil. Tampilan luarnya bagus, tapi bagian dalam musholanya kurang rapi dan panas (sedikit terbantu dengan cuaca mendung jadi tidak kentara panasnya).
Mushola Warso Farm |
Fasilitas Warso Farm |
Fasilitas lainnya ada pemancingan ikan dan kebun bibit di seberang jalan (gak sempet ke sana). Sisanya cuma foto-foto Pak Warso yang mendominasi di beberapa dinding kedai dan pinggir jalan menuju kebun durian.
Waroeng Durian Warso |
Waroeng Durian Warso dengan foto-foto Pak Warso |
Di samping Waroeng Durian Warso ini terdapat playground untuk anak-anak. Tidak terlalu banyak atraksi di sini karena tempatnya juga tidak terlalu besar.
Playground di Warso Farm |
Tiba-tiba hujan turun! Akhirnya kami memutuskan untuk ke kedai makan karena memang perut sudah keroncongan semenjak di perjalanan yang panjang tadi. Kedai ini namanya Dapoer Warso. Tempatnya tidak terlalu besar dengan kursi dan meja panjang bambunya.
Dapoer Warso @ Warso Farm |
Suasana Dapoer Warso @ Warso Farm |
Menu buat late lunch ini sederhana saja : Bihun Baso buat aku dan Ayam Bakar buat suami.
Baso Bihun @ Warso Farm |
Rasa basonya standar :( dan kurang panas kuahnya. Padahal lagi hujan dan sangat berharap baso ini bisa menghangatkan badan. Basonya juga tanpa sayur dan toge (lagi-lagi kecewa). Bener-bener sesuai namanya Baso Bihun jadi isinya baso dan bihun tok! Tapi lumayan mengenyangkan kok karena basonya besar walaupun rasanya biasa aja. Indikator baso yang biasa itu, kalo aku makan pasti kuahnya bersisa. Kalo enak, kuahnya abis sampe ke dasar mangkok :D.
Menu makanan di kedai ini standar, ada nasi goreng, ikan, ayam, aneka jus, burger, popcorn, sampai sop durian.
Ayam Bakar khas Warso Farm |
Dilihat dari porsinya, Ayam Bakar ini besar! Liat aja di fotonya sampai full gitu. Lalapannya juga buuuaaanyyaaaaakk! Aku sampe ngiri sama suami yang pesan Ayam Bakar, sedangkan aku cuma makan Baso Bihun kuah dingin. Aku cuma nyicip dikit tapi enak kok sesuai tampilannya. Harganya juga standar sekitar 20 ribuan belum termasuk nasi.
Oia, kalo foodies ke sini langsung, pasti merasakan atmosfer yang berbeda. Ada sentuhan militer di beberapa sudutnya. Benar saja, ternyata Pak Warso ini dulunya prajurit TNI atau veteran. Suasana hijau tua ala militer sangat kental di sini. Contohnya di area kolam ikan dekat Dapoer Warso ini.
Salah satu quote prajurit di Warso Farm |
Ada beberapa quote atau kata-kata mutiara di Warso Farm ini. Salah satunya quote dari Jend. Mc. Arthur ini. Bagus sih menurut aku karena hal ini bikin orang yang datang ke sini terus berpikiran positif.
Oia, masih di area kedai makan, di sini banyak angsa-angsa cantik loh! Walaupun aku takut binatang, tapi angsa ini lucu dengan bulu putih bersihnya. Anak-anak pun dapat memberi makan angsa ini (walaupun dari sisa lalapan :p).
Suasana samping Dapoer Warso dengan angsa-angsa |
Angsa putih Warso Farm |
Hujan udah lumayan agak surut. Kami pun bergegas dengan semangat menuju arah kebun durian. Menuju atas di mana kebun durian berada, suasana militer masih tetap terasa. Tugu semacam buku raksasa di sana cukup keren loh. Masih dengan quote-quote nya.
Quote di Warso Farm |
Nah, sesuai dengan peringatan yang terpampang di beberapa spot Warso Farm ini, pengunjung ternyata dilarang memetik bunga dan buah sembarangan. Untuk ngambil buah duriannya? Aku berspekulasi mungkin ada petugas di kebun yang metikin buat pengunjung.
Peringatan keras! @ Warso Farm |
Warso Farm |
Jalanan sedikit menanjak menuju kebun dan cukup licin karena hujan. Udara sejuk dengan tanaman hijau di sekeliling mengiringi perjalanan dengan harapan kenikmatan mencicipi durian di kebun. Di sini juga ada kedai cemilan di pinggir jalan.
Jalan menuju kebun di Warso Farm |
Jangan takut tersesat yaa, soalnya ada penunjuk arah menuju kebun. Jaraknya juga tidak terlalu jauh jadi pengunjung tidak akan terlalu capek menuju sana. Banyak spot dengan background pohon atau tanaman untuk berfoto yang sayang untuk dilewatkan.
Me di perjalanan menuju kebun di Warso Farm |
Tanaman di sepanjang jalan menuju kebun di Warso Farm |
Tiba di atas atau area kebun, ternyata hujan turun lagi dan lebih lebat. Kami buru-buru berlari ke semacam tempat pertemuan terbuka gitu. Tempatnya lumayan luas dengan beberapa kursi dan meja. Ternyata ini merupakan tempat makan durian dan buah naga bersama. Setelah buah dipetik dari kebun, para pengunjung memakannya di sini.
Tempat makan durian di Warso Farm |
Tempat makan durian di Warso Farm |
Kebun ini terdapat beberapa area dengan varietas durian yang berbeda-beda. Yang baru saya lihat adalah durian matahari dan durian montong. Itu pun kami memaksakan berjalan ke arah dalam kebun di tengah hujan deras. bermodalkan payung, kami menelusuri sebagian kecil dari kebun ini. Melihat ke sekeliling, tidak nampak buah durian besar di pohonnya, hanya durian kecil di beberapa pohon. Itu yang membuat kami kecewa. Kami terus berjalan dan hujan semakin lebat. Petugas kebun yang bertugas memetik buah pun tidak ada. Lagi-lagi kami berspekulasi, alasannya mungkin karena hujan, tidak banyak durian yang bisa dipanen, dan hari sudah sore (tidak banyak pengunjung datang). Kami pun tidak sempat ke kebun buah naga dan memutuskan turun.
Kebun Durian Matahari di Warso Farm |
Suasana kebun Warso Farm |
Suasana kebun Warso Farm |
Pohon Durian Montong di Warso Farm |
Terjawab sudah..
EKSPEKTASI VS REALITA, jelas realita yang menang :D.
Setelah tiba di tempat semula yakni di sekitaran area Waroeng Durian Warso, kami merasa kecewa. Tempat ini benar-benar tidak sesuai ekspektasi. Konsep memetik buah durian yang diusung Warso Farm yang aku baca di internet tidak terlihat. Akhirnya kami bertanya kepada salah seorang petugas di sana mengenai hal ini. Beliau menyatakan bahwa memang pada awalnya konsep Warso Farm seperti itu. Namun, beberapa tahun terakhir konsep itu sudah tidak diberlakukan lagi. Pengunjung sudah tidak bisa memetik buah (dengan petugas) di kebun. Gantinya, durian dan buah naga hanya bisa dibeli di tempat yang sudah disediakan, yakni di Waroeng Durian Warso. Setelah beli, pengunjung diperbolehkan makan di area kebun di atas atau di ruangan terbuka dan luas tadi (akhirnya terjawab kenapa tidak ada petugas di kebun). Oalaaahh, katanya, gara-garanya dulu ada seorang pengunjung mancanegara yang iseng memetik durian yang masih kecil di pohon secara ilegal. Dari situlah, di bawah managemen baru (anaknya Pak Warso), konsep diubah menjadi beli durian di Waroeng Durian Warso dan dimakan di kebun durian. BUKAN MENIKMATI DURIAN LANGSUNG DARI POHONNYA DI KEBUN! Huft ~~
Kendati kecewa, tetep aja penasaran. Sudah jauh-jauh datang ke sini tapi gak makan durian kan kurang afdol. Kami pun masuk ke Waroeng Durian Warso dan membeli durian. Harganya cukup mahal dibanding dengan penjual pinggir jalan. Rp55.000,00 per kilogram! Kami memesan yang medium seharga Rp83.000,00 seberat 1,7 Kg.
Suasana Waroeng Durian Warso |
Display durian di Waroeng Durian Warso |
Durian Warso Farm |
Dilihat sekilas, daging duriannya gede dan tebel, juga bersih dan menggugah selera. Setelah dicicipi, enak tapi kurang mantap. Mungkin karena ada rasa asem-asemnya. Kami juga lupa bertanya jenis durian apa yang kami makan ini. Tapi buat aku sih masih enak, tapi tidak buat suami. Katanya mending beli durian di pinggir jalan Kalibata aja :D. Eh, dipikir-pikir emang bener sih. Mending beli di sana aja karena lebih murah dan deket dari rumah. Tapi, yaa gimana lagi, namanya juga kebun yang dijadikan tempat wisata, pasti lebih mahal. Kami pun harus menerima resikonya, apa boleh buat :D.
Detail Durian Warso Farm |
Oia, tentang buah naga, pengunjung juga dapat membelinya di Waroeng Durian Warso tadi. Saat itu jumlahnya tidak terlalu banyak dan dikemas dalam plastik bening. Setiap plastik berisi dua buah naga. Harganya Rp20.000,00 per kilogram. Mahal juga :D padahal di pasar cuma Rp.15.000,00.
Kunjungan ditutup dengan makan es krim durian satu cup kecil seharga Rp10.000,00 ini (walaupun di tengah udara dingin). Rasanya? Duriannya tidak terlalu kentara, malah kayak ada rasa kelapanya. Mungkin ada campurannya. Rasanya juga terlalu manis.
Es Durian Warso Farm |
Kami menarik kesimpulan: Tidak akan datang ke Warso Farm lagi! Tidak akan ada kali kedua :D. Masih banyak tempat yang menjual suasana seperti ini semisal Taman Mekarsari di Cileungsi, Bogor (dulu udah pernah ke sana dan luas banget walaupun tidak sempat ke kebun buahnya, setidaknya banyak hal yang dapat dilihat). Tagline "Long Life Education"-nya juga tidak terlihat, entah di waktu-waktu tertentu aja diadakan suatu kegiatan atau seperti apa kurang paham. Kalo kamu ngidam durian, untuk sementara, mang-mang durian pinggir jalan masih the best lah daripada di sini :D.
#juwisfoodystuff
17 comments
Waduh jadi mikir mikir lagi ni mau kesana, thanks mbak untuk storynya😊
ReplyDeleteWaduh jadi mikir mikir lagi ni mau kesana, thanks mbak untuk storynya😊
ReplyDeleteTadinya keluarga pengen banget kesana setelah nonton ulasan disalah satu tv swasta, tapi kalo kayak gini sih mending ke tempat lain aja deh haha makasih untuk reviewnya, kak..
ReplyDeleteLiat di tv seruu dan penasaran pengen tau tempat & suasana aslinya, tapi setelah liat blog juwisfoodystuff...jadi berubah pikiran.
ReplyDeletewkwk...gak jadi pingin lagi
ReplyDeleteMontong memang segitu harganya perkilo. Udah pasaran segitu, gak murah gak mahal. Bayangkan, saya jauh2 ke banyumas untuk cicipi duren bawor (montong oranye) langsung , harga 50.000/kg. Buah pun sudah tersedia, bukan petikan. Tapi bawor memang mantaaappp...Jooss...
ReplyDeleteSekarang mah di lingkungan RT di lahan fasos, saya tanami bawor, montong, musangking, pelangi dan cangpis majalengka. Total ada 7 pohon. Insha Allah kalo berbuah gak usah cari2 durian lagi.
Ko pd komenya bgtu mng jlek y mba tmptnya pdhl sy mo k sna😁
ReplyDeleteSaya sudah 3 kali kesana dan sangat puas dengan rasa durennya, bahkan lebih enak dibanding duren montong yg saya beli di swalayan. tempatnya pun lumayan enak dibanding jalanan kalibata mah, tamannya rapi, pintu masuk gratis, WC gratis, Mushollah rapi. Makanan di restoran murah sama dengan harga pecel lele jalanan, harga buah alpukat 3 kilo 50rb kualitasnya superr mantep, penulis mungkin datang kesana dalam keadaan capek perjalanan atau pusing.
ReplyDeleteterima kasih sudah berbagi kisah, "Tidak akan datang ke Warso Farm lagi! Tidak akan ada kali kedua :D", jadi referensi yang adil atas pemberitaan selama ini untuk tempat ini. setidaknya untuk makan durian di sekitar kita tinggal pilih yah.
ReplyDeleteMakasih, bisa buat referensi sih.. jadinya gak kecewa juga harus jauh2 dateng tapi gak bisa metik.. kalo cuma mau nikmatin pemandangan indah sambil makan duren sih mending beli di kalibata/ps. minggu terus bawa ke puncak kali ya... hehehehe
ReplyDeleteaku tgl 6 januari 2019 kesana... hmmm kesannya biasa aja.. dan ga sesuai expetasi.... beli duren lokal unggul 75rb/kg... walhasil beli 3 duren habis 500an... di makan ber 4 kurang puas... pas pulang, liat abang2 bawa duren d karungin d drop ke warso (kaknya yg d jual warso bkan hasil kebun sndiri, melainkan dri pengepul, degan degan haharga yang d monopoli) krena terlanjur kecewa kita mmpir warung d pinggir jalan... dng duren yg ukuran dan kwalitas yg ga jauh neda, mreka jual 50rb/buah.... kecewa deh pokoknya.
ReplyDeletewah..wah..jadi duriannya di supply dari luar kebon Warso??
DeleteWaktu saya baca blog ini, saya sempat gak percaya karena 2 kali saya pernah ke Warso Farm terakhir sudah beberapa tahun yg lalu dan dapat durian yang enak. Kemarin saya coba ke Warso Farm lagi dan ternyata memang benar, pekerjanya sama sekali gak ramah. Harga duriannyapun relatif mahal, durian lokal unggul di jual Rp 75 ribu/kg dan ketika saya diminta coba terasa enak begitu dibawa ke meja dan dibuka semua, hampir 2/3 bagian rasanya beda dan hambar. Mau dituker sudah sebagian dimakan gak enak mau komplain. Akhirnya yang ada cuma nyesel bayar mahal. Sekarang sering nonton youtube penggiat durian traveler mending cari rekomendasi yang sudah terbukti rasanya enak meskipun agak mahal daripada nyesel dibela2in jauh2 tapi gak enak.
ReplyDeleteHahahaha... ahir taon kmaren sy sklrga pnasaran ksana dan... ya pokoke klo yg mo nekad ksana pasti ktipu deh, mending bli duren montong di indomart hrga lbh murah n lbh maknyuzz trus bawa plg makan dibawah pohon
ReplyDeleteNggk jadi kesana, pdhl dah niat
ReplyDeleteG jadi kesana deh ahhhh
ReplyDeleteini kebun buat yang belum pernah lihat pohon duren, untuk harganya pun mahal di banding penjual lain, udah jauh, macet, mahal, jadi saya pun kurang recommended, kemarin kesana hanya sekedar pengan tau aja.
ReplyDelete