#Babymoon Part 02 : Gondola Berkabut di Malaysia
October 11, 2017Awana Skyway @Genting Resort World Malaysia |
Bukan tanpa alasan aku dan
suami memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Malaysia dan Vietnam (edisi Vietnam
ditulis di posting-an selanjutnya yaa
:D). Jadi, jika kalian mengikuti posting-an
blog aku tentang Sushi Tei beberapa bulan lalu, di situ dijelaskan bahwa suami
memberi kado ulang tahun berupa kupon (pada Oktober 2016 lalu). Selain “Jajan
Kuliner” as my first birthday gift,
di kupon tersebut juga tertulis “ASEAN Trip”.
Akhirnya, trip ini aku pilih menjadi JUWITA’S BIRTHDAY GIFT #2. Masih ada 1
lagi sebenarnya, yaitu “Jalan-jalan ke Trans Studio Bandung”, tapi kayaknya gak
memungkinkan aku ambil (keburu hamil soalnya! :D). Apalagi udah Oktober, bakalan kadaluarsa kuponnya (yang berarti kupon bakalan hanguuuuss!).
Alasan lainnya, trip ini memang sudah
direncanakan sejak setahun yang lalu (terutama ke Vietnam) dan sempat batal sebelum
akhirnya kami memutuskan ke Belitung.
Yang paling rempong nyari
tiket, destinasi, penginapan, dan bikin itinerary
adalah suami :D. Istrinya enak cuma santai-santai tau jadi dan berangkat
(jangan ditiru yaa :p). Tapi bersyukur banget punya suami baik (idungnya pasti ngapung deh) walaupun
imbasnya next trip (entah kapan) aku
yang harus ngerjain itinerary-nya -_-.
Kami baru ngurus detail tersebut sekitar sebulan sebelum keberangkatan, dari
mulai merencanakan cuti dan menentukan tanggalnya.
Kenapa Malaysia? Karena yang
terpikir oleh kami pertama kali adalah nyari tempat yang ada gondola! Destinasi
awal sebenarnya ke Kota Kinabalu Sabah atau ke Brunei. Namun, setelah kami tau
bahwa di Kuala Lumpur pun ada gondola tepatnya di daerah Genting Highlands,
maka kami memutuskan untuk pergi ke sana saja. Alasan lainnya adalah adanya direct flight dari Kuala Lumpur ke Hanoi,
Vietnam, destinasi kedua kami (Kuala Lumpur – Hanoi jaraknya lebih dekat
daripada Sabah / Brunei – Hanoi).
Hari H akhirnya datang juga!
Udah dari beberapa minggu sebelumnya excited
pengen cepet-cepet datang hari yang ditunggu-tunggu ini! Semua kerjaan di
kantor dikebut dan selesai satu hari sebelumnya. Tanggal 5 Agustus 2017, kami
terbang pukul 14.35 WIB dari Bandara Soekarno Hatta. Setelah 2 jam, akhirnya
kami tiba di Kuala Lumpur International Airport (KLIA), Malaysia sekitar pukul
17.35 WIB (1 jam perbedaan waktu dengan Jakarta). Pertama kali menginjakkan
kaki di bandara ini cukup amazed sama
fasilitas yang ada di sana, terutama transfer
train-nya (agak katro nih! :D). Jangan sedih, Bandara Soekarno Hatta juga
bakalan punya kereta macam gini juga kok. Setelah antri di imigrasi yang panjangnya
kayak kereta (untung ibu hamil bisa ngambil counter
yang kosong) dan ambil koper, kami menuju tempat penjualan tiket KLIA Express.
Tujuan kami adalah KL Sentral (macam halte pusat, dari sini bisa transit atau
terintegrasi dengan berbagai moda transportasi lainnya dari mulai LRT, KL
Monorail, KTM Komuter, KLIA Express dan bus AKAP. Tempatnya gede banget
pokoknya!). Tiketnya berbentuk kartu, warnanya unyu berwarna ungu. Harga tiket
per orangnya sekitar RM55 atau sekitar Rp165.000. Dari KLIA ke KL Sentral
menempuh waktu sekitar 50 menit. Keretanya nyaman, kursinya empuk, bersih pula.
Sampai di KL Sentral, kami
menuju hostel tempat kami menginap selama satu hari di daerah Pasar Seni. Dari
KL Sentral, kami naik KTM Komuter seharga RM0,6 atau Rp1.800 per orang (tarif
disesuaikan dengan jarak, sama yaa kayak commuter
line Jakarta).
Koin KTM Komuter Malaysia |
Rute KTM Komuter / LRT Malaysia |
Suasana dari Stasiun Pasar Seni Kuala Lumpur |
Dari Stasiun Pasar Seni, kami
berjalan kaki sekitar 10 menit menuju Mingle Hostel di Jalan Sultan. Harga per
malamnya RM118 atau sekitar Rp336.679 yang kami dapatkan di booking.com. Lumayan
mahal sih untuk ukuran hostel.
Yang istimewa dari hostel ini
adalah bangunannya yang tua. Jika dilihat dari luar apalagi di malam hari,
tempatnya agak nyeremin dengan lampu remang-remangnya. Cat tembok putih yang
mengelupas berpadu dengan gaya bangunan vintage-nya
berhasil disulap menjadi cafe dan penginapan
untuk memikat pengunjung. Tempatnya tidak terlalu besar, berlantai 3 dengan rooftop di atasnya. Cafe berada di
lantai 1, sedangkan penginapannya berada di lantai 2 dan 3.
Mingle Hostel Kuala Lumpur |
Suasana Mingle Hostel Kuala Lumpur |
Lampu gantung Mingle Hostel Kuala Lumpur |
Surprise-nya lagi, ketika kami
memasuki kamar: Serasa jadi anak kost lagi! :D Kamarnya sempit, tapi dengan layout yang pas yakni kasur yang diletakkan
di atas penyangga sehingga pengunjung dapat memanfaatkan ruang di bawah kasur,
memberikan kesan kamar ini tidak sesempit yang terlihat. Tersedia juga meja dan
kursi serta wastafel di pojokan kamar. Sedangkan, untuk kamar mandi, sistemnya share bathroom yang ada di lantai 2
(masing-masing berjumlah 6 untuk toilet dan tempat mandi).
Suasana kamar di Mingle Hostel Kuala Lumpur |
Tempat tidur di Mingle Hostel Kuala Lumpur |
Suasana kamar di Mingle Hostel Kuala Lumpur |
Wastafel di pojokan kamar Mingle Hostel Kuala Lumpur |
Malam itu juga kami tidak
menyia-nyiakan kesempatan untuk berjalan-jalan ke KLCC (Kuala Lumpur City
Center) untuk melihat Petronas Twin Tower dengan menggunakan KTM Komuter tujuan
Stasiun Pasar Seni – Stasiun KLCC. Sekitar 10 menit, akhirnya kami sampai di
Stasiun KLCC. Dari sini masih harus berjalan sekitar 8 menit ke arah belakang.
Ternyata saat itu sedang ada pertunjukan air mancur berwarna-warni atau dancing fountain. Kami menikmati
pertunjukan di bawah Suria KLCC dan Petronas Twin Tower.
Petronas Twin Tower Malaysia |
Mata suami serem! @Petronas Twin Tower Malaysia |
@Petronas Twin Tower Malaysia |
Dancing Fountain @Suria KLCC |
Keesokan harinya yakni
tanggal 6 Agustus 2017, kami bersiap check
out dari Mingle Hostel untuk meng-explore
pusat kota. Tidak lupa, kami mengisi ‘amunisi’ dengan sarapan di rooftop hostel. Tempatnya seadanya,
makanan hanya tersedia roti dan nasi goreng. Di sini, sehabis makan, pengunjung
harus mencuci piringnya sendiri. Ok, unik juga :D
Suasana rooftop Mingle Hostel |
Buffet ala-ala di rooftop Mingle Hostel |
Sarapan di rooftop Mingle Hostel |
Sarapan ala-ala di rooftop Mingle Hostel |
Pukul 9 pagi kami bergegas jalan
kaki menuju Central Market untuk mencari souvenir. Tidak terlalu lama kami di
sana karena harus cepat-cepat check out.
Jarak dari hostel ke Central Market dengan berjalan kaki sekitar 15 – 20 menit
(ga bisa jalan cepet, maklum ibu hamil :D).
Setelah check out, kami memesan GrabCar dengan tujuan Mesjid Negara (National Mosque). Ternyata biaya GrabCar di sini muraaaaaah banget jika dibandingkan di Jakarta (karena jarak tempuh cepat tanpa macet). Dari Petaling Street menuju Mesjid Negara (2,7 km) hanya dikenakan biaya RM3 atau Rp9.000 aja!
Central Market Kuala Lumpur |
Central Market Kuala Lumpur |
Baby always exist :D @Central Market Kuala Lumpur |
Setelah check out, kami memesan GrabCar dengan tujuan Mesjid Negara (National Mosque). Ternyata biaya GrabCar di sini muraaaaaah banget jika dibandingkan di Jakarta (karena jarak tempuh cepat tanpa macet). Dari Petaling Street menuju Mesjid Negara (2,7 km) hanya dikenakan biaya RM3 atau Rp9.000 aja!
Dikarenakan waktu sholat
dzuhur masih lama, kami memutuskan untuk mengunjungi Muzium Kesenian Islam
Malaysia yang letaknya tak jauh dari Mesjid Negara. Dengan berjalan kaki sekitar 10-15 menit dengan medan agak menanjak ke arah belakang mesjid (dengan tentengan
koper kecil dan backpack yang agak
bikin lelah :D), akhirnya kami sampai di museum yang lumayan lengkap ini.
Museumnya luas berlantai 4. Dengan biaya masuk RM14 atau sekitar Rp42.000 per
orangnya, kita dapat menikmati suguhan kebudayaan Islam dunia. Dari mulai maket
atau miniatur mesjid di berbagai belahan dunia yang indah (sayang tidak ada
miniatur Mesjid Istiqlal), sampai lembaran-lembaran Al-Qur’an kuno. Eh di sini juga
ada pajangan berbagai jenis senjata atau keris, baju daerah, dan tempat
souvenir unik untuk pengunjung.
Muzium Kesenian Islam Malaysia |
Muzium Kesenian Islam Malaysia |
Muzium Kesenian Islam Malaysia |
Miniatur Masjidil Haram @Muzium Kesenian Islam Malaysia |
Air Mancur Bentuk Mamluk @Muzium Kesenian Islam Malaysia |
Al-Qur'an dengan Huruf Arab Kuno @Muzium Kesenian Islam Malaysia |
Setelah berputar-putar di
museum, kami kembali ke Mesjid Negara untuk sholat dzuhur. Area luarnya luas
dengan kolam-kolam di depannya, namun area sholatnya sendiri tidak seperti yang
ada dalam bayangan (cenderung standar) dan tidak sebanding dengan luas
halamannya. Yang penuh effort adalah dari
tempat wudhu ke area sholat, pengunjung harus menaiki tangga yang lumayan
tinggi. Hal ini dinilai tidak ramah bagi pengunjung ibu hamil, lansia, maupun
kaum disabilitas (nyampe di atas lumayan ngos-ngosan dan keringetan).
Hari sudah menjelang sore and it means kita harus segera ke
Genting Highlands! So excited waktu
itu! Gak sabar naik Gondola! Setelah jajan-jajan cantik di food car depan mesjid, kami bergegas menuju KL Sentral dengan GrabCar
(biayanya sekitar RM4 atau Rp12.000). Di KL Sentral, setelah tanya sana-sini mengenai
counter tiket bus menuju ke Genting
Highlands yang letaknya ada di basement
(yang lumayan gelap dan pengap karena asap knalpot bus), akhirnya kami
mendapatkan tiket seharga RM4.30 atau sekitar Rp12.900 per orangnya (wait, ini muraaaah bangeetttt untuk bus
AKAP!) untuk keberangkatan pukul 5 sore dan mesti menunggu sekitar 1,5 jam
(saat itu masih pukul setengah 4 sore). Agak drop juga sih dapet yang jam segitu, soalnya nyampe Genting takut
kesorean dan pemandangan dari atas Gondola agak kurang bagus. Beruntung,
dikarenakan bus keberangkatan pukul 4 sore masih ada kursi yang kosong, jadi
kami bisa ikut berangkat! Yeaaayy rejeki debay :3.
Setelah melalui jalan
berkelak-kelok selama 1 jam, kami sampai di daerah Genting. Dari terminal
Resort World Genting, kami naik ke lantai paling atas untuk membeli tiket Awana
Skyway (bukan Genting Skyway yang lagi ditutup). Harganya cukup murah yakni RM8
atau sekitar Rp24.000 untuk naik gondola yang keren abis ini.
Dikarenakan weekend, maka pengunjung pun membludak!
Kami harus ngantri sekitar 45 menit untuk menaiki gondola (padahal ibu hamil dapat
prioritas tapi kami sudah kadung ngantri dan gak kepikiran nanya-nanya sebelum
ngantri :D). Akhirnya kami dapat giliran juga menaiki gondola. Ini pengalaman
pertama kami naik gondola. Di atas bukit, gondola melewati Chin Swee Caves
Temple dan melewati beberapa Skyway Station lainnya. Sore itu kabut menutupi
langit. Suasana di dalam gondola sejenak penuh oleh putihnya kabut dan suasana
sejuk khas pegunungan.
Suasana di atas gonndola dan kabut mulai turun |
Sore berkabut di atas gondola |
Pemandangan Chin Swee Caves Temple dari atas gondola |
Selama sekitar 15 menit di
atas gondola dan menikmati Genting dari ketinggian, kami sampai di Sky Avenue
Genting Mall. Mall ini sangat besar dan di atasnya terdapat hotel tempat kami
menginap di malam kedua ini, yakni First World Hotel.
First World Hotel ini menurut
aku keren banget walaupun kamarnya standar (lumayan banget dengan harga RM41.51
atau Rp128.990 yang kami pesan di booking.com). Dari awal check in aku udah takjub dengan sistem check in mandirinya. Jadi, kami tidak usah menemui resepsionis
hotel untuk check in, tinggal scan paspor di mesin self check in yang tersedia dan klik
menu dari mana kita memesan tiket (misalnya booking.com), beres deh! Walaupun
kami masih harus dipandu oleh petugas yang berjaga karena agak bingung awalnya.
Untuk lebih lengkapnya nanti bakalan ada di
vlog aku :D coming soon yaa.
Selama di Genting, kami tidak
beranjak dari area mall (karena mau kemana pula malem-malem di atas gunung
begitu :D). Di sini lumayan lengkap walaupun gede ga jelas mall-nya. Yang
paling lengkap sih area makannya. Berbagai makanan dari berbagai restoran ada
di sini. Harus berhati-hati sih dalam memilih makanan, usahakan yang halal
pastinya (agak susah nyarinya).
Dikarenakan suasana dingin, jadi kami memilih ramen untuk makan malam. Tampopo Delicieux Restaurant yang akhirnya kami singgahi. Kami memesan Spicy Chicken Katsu Ramen dan Chic Char Siew Ramen. Rasanya lumayan, tapi tetep untuk lidah Indonesia masih agak kurang bumbu :D. Yah setidaknya cukup menghangatkan lah yaa. Malam itu juga kami berniat ke Senikome, sayang sekali tempatnya keburu tutup.
Suasana Sky Avenue Genting Mall |
Dikarenakan suasana dingin, jadi kami memilih ramen untuk makan malam. Tampopo Delicieux Restaurant yang akhirnya kami singgahi. Kami memesan Spicy Chicken Katsu Ramen dan Chic Char Siew Ramen. Rasanya lumayan, tapi tetep untuk lidah Indonesia masih agak kurang bumbu :D. Yah setidaknya cukup menghangatkan lah yaa. Malam itu juga kami berniat ke Senikome, sayang sekali tempatnya keburu tutup.
Suasana Tampopo Delicieux Restaurant |
Spicy Chicken Katsu Ramen @Tampopo Delicieux Restaurant |
Chic Char Siew Ramen @Tampopo Delicieux Restaurant |
Tanggal 7 Agustus 2017, kami check out dari Sky Avenue Genting Mall
dengan mesin check out mandiri. Kali
ini malah lebih mudah, tinggal tekan menu check
out di layar dan masukkan kunci kamar. Selesai! Masih takjub sama fasilitas
hotel ini!
Sebelum turun gunung dengan
gondola lagi, kami menyempatkan diri untuk brunch (breakfast lunch) masih di
mall. Setelah berputar-putar, kami menemukan spot Malaysian Food
Street. Di pikiran kami yang namanya makanan khas Malaysia pasti banyak makanan
halal-nya, eh ternyata kami salah. Di sini, semua makanannya NON HALAL. Akhirnya
kami sarapan plus makan siang di restoran yang semua menunya halal (katanya)
bernama Papparich. Kami memesan Claypot Chicken Porridge + Steamed Chicken dan
Fried Rice with Egg + Chicken Wing. Cukup lah untuk amunisi selama perjalanan
menuju pusat kota Kuala Lumpur.
Cuaca siang itu lumayan
cerah. Hampir tidak ada antrian berarti ketika akan menaiki gondola, mungkin
karena bukan weekend. Walaupun
begitu, kabut masih menyelimuti salah satu
spot di Genting tapi tidak sebanyak sore hari sebelumnya. Lama-lama ketemu langit cerah juga.
Sampai di Terminal Resort World Genting, kami
naik bus kembali menuju KL Sentral.
Tujuan kami siang itu adalah ke Kuala Lumpur
City Gallery. Dari KL Sentral kami memesan GrabCar dengan biaya RM5 atau
sekitar Rp15.000. Cuaca KL sangat panas kala kami tiba di sekitaran Dataran
Merdeka. Setelah berfoto-foto di tulisan I Love KL, kami bergegas masuk ke Kuala
Lumpur City Gallery.
Tiket masuk gallery ini adalah RM10 atau sekitar Rp30.000 (dengan RM5 voucher belanja
atau makan). Isi gallery di bagian
pertama adalah sejarah pemerintahan Malaysia atau Old Kuala Lumpur. Di dalamnya
juga ada maket bangunan peninggalan King Abdul Samad. Selain itu, di sini kita
juga dapat melihat para seniman pembuat souvenir-souvenir mini dari kayu
beraksi menampilkan skill-nya serta
makan-makan cantik di cafe yang tersedia di dekat toko souvenirnya.
Ruangan Old Kuala Lumpur |
Artikel koran di ruangan Old Kuala Lumpur |
Miniatur bangunan-bangunan di Kuala Lumpur |
Salah satu miniatur bangunan King Abdul Samad |
Salah satu karya seni di Kuala Lumpur City Gallery |
Toko souvenir di Kuala Lumpur City Gallery |
Foodcourt di Kuala Lumpur City Gallery |
Aneka olahan durian di Foodcourt Kuala Lumpur City Gallery |
Dari Kuala Lumpur City
Gallery sebenarnya kami berniat mengunjungi KL Eco Park, tapi sayang tempatnya
keburu tutup karena kesorean. Akhirnya kami hanya berjalan-jalan di sekitar Jalan P. Ramlee untuk berburu teh tarik.
Dengan
berjalan kaki sekitar 20 – 30 menit dengan mendorong koper dan membawa backpack, kami singgah di sebuah kedai
pinggir jalan yang ada teh tariknya. Tempatnya kayak kedai kopi tenda ala-ala
gitu lah. Lokasinya di pojokan pusat perkantoran dan hotel. Selain teh tarik,
kami memesan roti cane (yang jualannya dari India).
Setelah menikmati teh tarik,
dari Halte Hap Seng di Jalan P. Ramlee kami mencoba pengalaman naik GoKL (bus
gratis semacam bus feeder-nya
Transjakarta). Penuh sih, untungnya kami hanya satu pemberhentian dan turun di Halte
Bukit Nanas. Dari sana hanya jalan sebentar menuju Stasiun Bukit Nanas untuk
mencoba naik monorail untuk pertama kalinya! Yeeaay! Monorailnya cuma dua
gerbong, harga tiketnya RM5 atau sekitar Rp15.000 dan berhenti di stasiun akhir
KL Sentral.
Dikarenakan
besoknya kami harus terbang ke Hanoi pagi-pagi banget, jadi kami memilih
menginap di daerah dekat bandara. Dari KL Sentral kami naik KLIA Transit (sama
kayak KLIA Express, tapi keretanya bisa transit di beberapa stasiun) dengan
tujuan Stasiun Salak Tinggi.
Tiba di Stasiun Salak Tinggi
yang nampak tidak ada kehidupan alias sepi banget, kami memesan GrabCar dengan
tarif RM10 atau sekitar Rp30.000 menuju The Youniq Hotel (hotelnya kecil,
remang-remang, entah yaa kayaknya kurang recommended
dengan harga RM96.30 atau sekitar Rp288.900).
Daerah Salak Tinggi ini
beneran sepi, jadinya agak menakutkan. Sedangkan jalan yang ada di sana lebar
macam jalan tol (padahal jalan biasa). Malam itu kami bertemu dengan keluarga
asal Jepara yang beberapa tahun terakhir sudah menetap di Malaysia. Hari sudah
sangat larut dan subuh esok harinya kami harus sudah berada di bandara dan terbang
ke destinasi kedua kami, yaitu Vietnam!
Alhamdulillah selama trip
Malaysia ini debay baik-baik saja di perut bunda-nya, kayaknya ikut menikmati
perjalanan ini :D.
Oia, kisah perjalanan Vietnam
bakalan di tulis di blog selanjutnya
yaa! See ya!
#Babymoon
#JuwitaBabymoon
#JuwitaShesarMalaysiaTrip
0 comments