Pertama Kali Menginap di Homestay Desa Wisata!

January 26, 2019

Trip kali ini sangat berkesan! Dari mulai dapet pengalaman baru menginap di Homestay Desa Wisata, liburan terlama so far, sampai terselip kisah haru di dalamnya.

Liburan ini lumayan terencana jauh-jauh hari. Bukan sekedar berlibur dalam rangka akhir tahun, tapi banyak pembelajaran yang kami dapatkan, khususnya buat suami. Yups, kami berlibur ke Yogyakarta dengan beragam pilihannya. Tapi, Desa Wisata Pentingsari lah yang terpilih! Kenapa? 

BUAT PENELITIAN!

Ahahaha, judulnya penelitian sambil liburan ya, bukan sebaliknya. Latoe dan bundanya hanya sebagai penggembira :D. Kami berada di Desa Pentingsari selama 4 hari (sebelum melucur ke Jepara). Desa ini jaaauuuhhh banget di kaki gunung Merapi. Jaraknya 21 km dari Bandara Adi Sucipto Yogyakarta.

Homestay Bapak Adi di Desa Wisata Pentingsari

Tanggal 22 Desember 2018, kami menuju Yogyakarta naik pesawat. Ini merupakan penerbangan pertama Latoe! Yeaaayyy! Deg-degan sih, takut Latoe cranky di pesawat. Eh, taunya dia tidur selama penerbangan. Alhamdulillah.. Tapi, sebelum terbang drama banget. Soalnya pesawat kami mengalami 2x delay. Harusnya terbang sekitar jam 12.45 WIB siang, delay sampe sekitar jam 15.50 WIB, eh ujung-ujungnya delay lagi ampe jam 19.00 WIB. Agak bete sih dan udah capek banget. Kami seharian itu hanya main di bandara, makan, dan kadang nemenin Latoe di playground yang ada di Terminal 2 Soetta.

Tiba di Bandara Adi Sucipto sekitar jam 20.30 WIB. Setelah beli makanan, kami memesan GrabCar untuk mengantar kami ke Desa Pentingsari, Cangkringan, Sleman. Walaupun agak ragu sih bakalan ada atau ga yang mau ngambil order-an kami, secara jauh banget jaraknya, malem-malem pula. Eh ternyata ada! Setelah menerjang gelapnya jalanan nan licin karena hujan selama sekitar 45 menit, kami disambut Bapak Doto Yogantoro selaku Kepala Desa Wisata Pentingsari dan diantar ke Homestay Seruni, homestay milik keluarga Bapak Adi Priyanto.

Homestay Bapak Adi di Desa Wisata Pentingsari

Pertama sampai, suasana desa sudah terasa. Homestay Bapak Adi masih mengusung rumah jaman baheula alias jaman dulu. Seneng rasanya punya pengalaman tinggal di rumah kayak gini lagi setelah dulu sering menginap di rumah panggung uyut di Pangalengan. Rumahnya hijau, asri, sejuk, bersih, nyaman, tenang, pokoknya homey banget deh! Rumah impian untuk menghabiskan waktu di kala usia senja deh kayaknya. 

Suasana homestay Bapak Adi

Paling seneng kalo rumah banyak tanemannya gini. Ada pohon rindang (pohon manggis) di halaman rumah. Di pinggir kamar dan belakang rumah ada kolam ikan. Latoe seneng banget main di kolam! Di dekat kolam juga terdapat kandang bebek.

Kolam ikan di homestay Bapak Adi

Walaupun bangunannya ala rumah panggung, tapi bagian bawah dan sebagian dindingnya ditembok. Ruang tamunya luas dengan kursi dan meja kayu panjang beserta suguhan makanan ringannya.

Ruang tamu homestay Bapak Adi

Kamar tidurnya sederhana dan terdapat 2 kasur. Kasur pertama buat ayah Latoe dan kasur ke dua buat Latoe dan bundanya (maklum Latoe kalo tidur muter-muter apalagi kalo lagi mau minta susu). Eh, dapurnya masih original loh pake tungku buat masak.

Suasana kamar di homestay Bapak Adi

Pemandangan hijau dari jendela kamar

Latoe <3

Kolam di samping kamar dan dapat dilihat dari jendela

Oia, Desa Pentingsari ini katanya diresmikan menjadi desa wisata pada tahun 2008. Buat yang ingin tau lebih jauh tentang desa wisata ini, bisa klik di sini dan di sini. Banyak atraksi yang disuguhkan kepada pengunjung selain menginap di 54 homestay yang tersedia, seperti outbond, bermain gamelan, membuat kerajinan dari janur kuning atau batang pohon, dan lain-lain. Intinya, desa ini cocok bagi kalian yang penat dengan kebisingan kota. Oia, yang mau wisata Lava Jeep Merapi juga bisa kok.

Suasana Desa Wisata Pentingsari

Hijaunya desa

Toko cinderamata
Suasana Desa Wisata Pentingsari

Angkringan Pojok Baca

Suasana Desa Wisata Pentingsari

Harga menginap di Homestay Desa Wisata Pentingsari terjangkau, hanya Rp120.000/orang/malam. Mau di rumah manapun harganya sama karena sudah distandarkan. Biaya ini sudah mencakup makan 3x loh! Dimasakin pula sama pemiliknya. Kebetulan di homestay kami menginap, Ibu Adi nya langsung yang memasak. Masakannya sederhana tapi enak. Misalnya untuk sarapan kami disuguhkan tempe, telur, sayur, atau ikan. Untuk makan siang dan malam ditambah ayam. Pokoknya kayak di rumah sendiri lah!

Makanan sederhana ala homestay

Yang mesti diingat buat kalian yang berminat menginap di homestay juga, jangan pernah menanyakan fasilitas yang ada di homestay tersebut. Kalo masih nanya-nanya kayak, "Ada shower plus air panasnya ga?" atau misalnya "Kasurnya empuk ga ya?" mending lebih baik kamu ga usah nginep di homestay deh, soalnya menginap di homestay itu artinya kamu ikut masuk ke dalam keluarga pemiliknya. Apa yang ada di homestay itu dapat menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Bersama Bapak Adi
Latoe dan Bu Adi

Yang uniknya lagi, jika sudah ada 1 keluarga atau 1 rombongan yang menginap, pemilik homestay tidak akan menerima penginap lain, walaupun punya banyak kamar. Kenapa? Karena ini homestay, buka hotel ya, jadi eksklusif :D. 

Nah, kembali lagi ke tujuan kami datang ke sini. Suami melakukan wawancara dengan Bapak Doto Yogantoro di kediamannya. Nantinya, hasil penelitiannya ini bisa jadi bahan suami buat perkuliahan S2 nya di Belanda.

Wawancara bersama Bapak Doto

Sambil nunggu wawancara berakhir, aku dan Latoe jalan-jalan dulu di area sekitar rumah Pak Doto. Ada sebuah tempat bernama "Omahe Simbhok", rumah joglo dengan pekarangan lumayan luas dan terdapat tempat nongkrong dari kayu berbentuk abstrak. Suka deh! Jadi pengen punya kayak gitu juga buat di rumah (tapi bingung nyimpennya di mana :D).

Omahe Simbhok Pentingsari berbentuk rumah joglo

Ornamen tradisional di Omahe Simbhok Pentingsari 

Me and Latoe at Omahe Simbhok Pentingsari 

Tempat nongkrong dari kayu

Me and Latoe at Omahe Simbhok Pentingsari 

Setiap ke rumah Pak Doto, kami selalu melewati rumah yang memiliki banyak anjing. Latoe senengnya bukan main! Dia gak takut sama sekali sama anjing ataupun kucing, pasti dielus-elus. Tapi, ujung-ujungnya Latoe suka tiba-tiba jadi galak. Anjingnya malah dilempar kerikil. Duh, Latoe!  Malah anjingnya yang pada lari takut sama Latoe :D.

Latoe main bersama anjing

Latoe main bersama anjing

Keesokan harinya, kami mengeksplor sekeliling desa dengan berjalan kaki (lumayan capek sih sambil gendong Latoe mah :D). Kami pergi ke sawah dan area permainan lumpur dengan memasuki hutan kecil. Sebelumnya kami melewati peternakan kambing dan ayam. Kami pun main ke Kali Kuning yang merupakan sungai untuk aliran lahar dingin Gunung Merapi. Oia, Desa Wisata Pentingsari juga pernah dikosongkan dan warganya diungsikan saat erupsi Gunung Merapi tahun 2006 silam. 

Main di kandang kambing

Latoe seneng banget jalan-jalan di sekitar sawah

Kali Kuning, sungai tempat aliran lahar dingin Merapi
Gimana gais, seru kan menginap di homestay? Selain bisa berbaur dan berinteraksi bersama warga sekitar, kamu juga dapet pengalaman baru yang unik! Suasananya yang tenang bisa me-refresh otak untuk menyambut tahun yang baru.

Latoe dan ayah

Latoe dan ayah juga

Tanggal 25 Desember 2018 merupakan hari terakhir kami di desa ini. Saatnya pamitan sama Bapak dan Ibu Adi. Mereka baik dan ramah banget. Semoga kapan-kapan bisa main ke sini lagi. Dari Desa Pentingsari kami diantar Pak Doto ke Stasiun Jombor Yogyakarta untuk selanjutnya naik mobil travel yang sudah kami pesan menuju Jepara.

We had a good day in Pentingsari!

Homestay Seruni bakalan ngangenin kayaknya

Tapi, cerita-cerita seru tadi diakhiri dengan berita duka. Bapak mertuaku sakit saat kami sudah tiba di Jepara. Pada tanggal 29 Desember 2018, beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Mohon doanya ya semoga bapak mertuaku mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. Aamiin.



#Juwisfoodystuff
#YogyakartaTrip
#Bye2018




You Might Also Like

0 comments