Akhirnya perjuangan panjang selesai juga! Jujur, awalnya aku blank dan
deg-degan banget harus mulai ngurusnya dari mana. Udah kepikiran bakalan
ribeeeeet banget ngurus berkas-berkasnya. Tapi, sekalinya mulai, eh ga seribet
itu kok..
Mmmm, lebih ke rempong sih sebenarnya..
Intinya, kalo kamu udah tau berkas apa aja yang dibutuhkan buat bikin Long-Stay Visa (MVV) atau Visa Residensial Belanda, bakalan gampang kok prosesnya. Kamu bisa browsing atau
tanya-tanya ke Kedutaan Besar Belanda di Kuningan, Jakarta Selatan. Kalo aku
sih dulu ada suami yang bisa diandalkan nyari info ke temen-temennya yang udah
pernah bikin (soalnya suamiku sendiri bikin visanya udah dibantu sama pihak
LPDP). Laaah aku? Harus ngurus sendiri donk! Berkas yang dibutuhkan sebenarnya
cuma dikit. Tau gak apa yang bikin sedikit rempong? Minta legalisirnya! Soalnya
harus melewati berbagai instansi dari mulai KUA, Kementerian Agama (Kemenag),
Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu),
sampai akhirnya Kedutaan Besar (Kedubes) Belanda!!! Fyuuuuhhh, ngebayanginnya
aja udah males wkwkwk.
Nah, nantinya MVV ini digunakan untuk mengambil Resident Permit di Belanda langsung.
Okay, ini dia berkas-berkas yang harus aku siapkan untuk pengajuan Long-Stay Visa atau Visa
Residensial Belanda:
1. Akta Lahir Pribadi
2. Akta Lahir Anak
2. Akta Lahir Anak
3. Buku Nikah
4. Fotocopy Paspor Pribadi
5. Fotocopy Paspor Anak
6. Fotocopy Paspor Suami
7. Fotocopy Izin Tinggal Suami
8. Letter of Guarantee (LoG)
4. Fotocopy Paspor Pribadi
5. Fotocopy Paspor Anak
6. Fotocopy Paspor Suami
7. Fotocopy Izin Tinggal Suami
8. Letter of Guarantee (LoG)
9. Form MVV Issue
10. Bukti Pendapatan 1600 Euro per Bulan
Dari berkas-berkas di atas, yang harus dilegalisir cuma akta lahir pribadi, akta lahir anak dan
buku nikah. Mari bergerilya ke Kemenag, Kemenkumham, Kemenlu, dan Kedubes
Belanda sist!
23 September 2019
Legalisasi Buku Nikah di KUA Cimahi Tengah
Tahap awal dari semua rangkaian kerempongan ini adalah legalisir Buku Nikah yang harus melalui
tahapan legalisir dari tempat buku nikah tersebut diterbitkan pertama kali! Yup, harus
mulai dari KUA donk! Itu persyaratan awal dari Kemenag ya. Mereka gak
mau legalisir kalo ga ada cap dari KUA.
Dikarenakan saya dan suami menikah di Cimahi, jadi yang mengeluarkan adalah
KUA Cimahi Tengah. Prosesnya, minta tolong adik di Cimahi karena posisi aku
yang gak memungkinkan legalisir sendiri. Secara ya kerja di Jakarta. Buku nikah
aku kirim lewat Pos Indonesia. Menurut informasi adik, prosesnya cepat langsung
dilegalisir walaupun pas datang bapaknya sedang gak di tempat. Jadi, harus
nunggu beberapa saat. Tadaaaa, legalisiran dari KUA sudah selesai per tanggal
23 September 2019.
15 Oktober 2019
Legalisasi Buku Nikah di Kemenag
Caranya datang ke Kementerian Agama di Jl. M.H Thamrin Jakarta. Jangan
sampai kebalik ya, soalnya dulu itu katanya pelayanan legalisasi Buku Nikah ada
di Kantor Kemenag di Jl. Lapangan Banteng. Nah, sekarang udah ngga lagi ya
sist.
Tanggal 15 Oktober 2019 jam 09.35 WIB aku udah sampai di lobby Kemenag. Hal
pertama yang dilakukan adalah mengisi data diri di resepsionis lobby. Petugas langsung
mengarahkan ke lantai 9, tepatnya di Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah.
Di Layanan Publik Legalisasi-lah aku ngasih berkas yang akan dilegalisasi. Petugasnya baik dan ramah banget, ampe becanda nanya, “Buku nikah siapa yang mau dilegalisir? Kayak masih kecil,”. Aku jawab aja, “Buku nikah saya, Pak. Sebenarnya saya udah tua,” ahahahah. Langsung petugas ngasih form Legalisasi Kutipan Akta Nikah untuk diisi. Berkas yang diserahkan pun hanya 3 lembar.
Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah |
Di Layanan Publik Legalisasi-lah aku ngasih berkas yang akan dilegalisasi. Petugasnya baik dan ramah banget, ampe becanda nanya, “Buku nikah siapa yang mau dilegalisir? Kayak masih kecil,”. Aku jawab aja, “Buku nikah saya, Pak. Sebenarnya saya udah tua,” ahahahah. Langsung petugas ngasih form Legalisasi Kutipan Akta Nikah untuk diisi. Berkas yang diserahkan pun hanya 3 lembar.
Pukul 09.45 WIB form sudah diisi, tinggal nunggu legalisir selesai. Gak
nunggu lama, sekitar 20 menit berkas sebanyak 2 lembar sudah selesai
dilegalisir. Yang 1 lembar kayaknya buat arsip mereka. Yeeaaaay! Prosesnya
cepat banget dan gak banyak effort. Good job Kemenag!
28 Oktober 2019
Permohonan Pengajuan Legalisasi Buku Nikah dan Akta Lahir Anak di Web Ditjen
Administrasi Hukum Umum (AHU), Kemenkumham
Tepat di hari ulang tahun aku, entah kesambet apa pengen cepet-cepet
kelarin legalisiran yang tertunda. Sebelumnya emang udah baca-baca cara
legalisir dokumen di Kemenkumham dari berbagai blog. Alhamdulillah, sistemnya
udah online yang bakalan mempercepat proses legalisirnya. Jam 11.30 WIB, aku
langsung buka web-nya legalisasi AHU di legalisasi.ahu.go.id buat mengajukan permohonan legalisir
berkas pernikahan dan kependudukan. Di web-nya juga udah detil banget dibahas
panduan permohonannya. Di situ, kita harus upload berkas yang mau dilegalisir
beserta jumlah berkasnya. Aku mengajukan legalisir masing-masing 2 berkas untuk
Buku Nikah dan Akta Lahir Anak. Jadi, totalnya 4 berkas. Setelah selesai
mengisi data lengkap, klik deh option “KIRIM PERMOHONAN” yang ada di bawah data
permohonan kita. Setelah itu, tunggu sampai AHU memverifikasi berkas onlinenya
dan kode voucher diterbitkan. Aku sendiri baru dapat email verifikasi keesokan harinya jam 10.25 WIB, artinya sekitar 23 jam proses verifikasi.
Akhirnya terbit deh kode voucher-nya! Kode ini diperlukan saat kita membayar
legalisirnya ya. Masing-masing berkas dikenakan biaya Rp50.000. Jadi, untuk 4
berkas aku harus membayar Rp200.000. Lumayan juga ya. Padahal tahun lalu
biayanya masih Rp25.000 loh! Ya syudah lah ya.
30 OKTOBER 2019
Legalisasi Buku Nikah dan Akta Lahir Anak di Ditjen Administrasi Hukum Umum
(AHU), Kemenkumham
Gedung Cik's, Cikini
Dengan berbekal berkas Buku Nikah dan Akta Lahir Anak (asli dan fotocopy),
jam 09.00 WIB aku bergegas ke Gedung Cik's, Cikini di mana Ditjen Administrasi
Hukum Umum (AHU), Kemenkumham berada. Dengan semangat ’45, hal pertama yang
dilakukan dateng ke Bank BJB atau BNI yang konon ada di gedung yang sama untuk
melakukan pembayaran legalisir. Sebenarnya bisa lewat iBanking sih, tapi
katanya harus berasal dari Bank BJB dan BNI. Secara aku ga punya, jadi biar gak ribet langsung aja bayar di teller-nya. Setelah bayar Rp200.000, kita dikasih bukti
pembayaran untuk diserahkan di loket legalisir. Akhirnya aku ambil nomor
antrian untuk menuju Loket 1. Setelah menunggu 30 menit, tibalah nomor antrian
aku dipanggil.
Di loket 1, aku langsung ngasih 4 berkas yang mau dilegalisir beserta bukti
bayarnya. Ternyata, berkas aslinya gak diliat petugasnya juga sist :D. Tapi, tetep
harus dibawa ya buat jaga-jaga. Setelah diperiksa petugas, akhirnya terbit juga
legalisasi Kemenkumham dalam bentuk stiker SAAT ITU JUGA! Yeeaaay, cepet banget
ya!
Eh maaf, itu hanya ekspektasi ya. Realitanya………
Di hari yang sama dengan pengajuan permohonan legalisasi online (ketika
resah nunggu verifikasi yang tak kunjung datang hilalnya), aku bukalah web AHU
di ahu.go.id. Ternyata ada pengumuman penting!!! Sampe langsung muncul di
halaman awal web-nya. Gini nih isinya:
Dari situ langsung down, bakalan secepat itu ga ya legalisasi manual pake
capnya? Bagaimanapun juga, tetep harus lanjut. Ngenesnya lagi, pengumuman itu diterbitkan 6 hari sebelum aku mengajukan berkas :(.
Oke balik lagi ke cerita di Loket 1.
Setelah diperiksa petugas, fotocopy Buku Nikah aku yang sudah dilegalisir
KUA dan Kemenag langsung diproses. Sementara, Akta Lahir Anak terpaksa harus
dipending! HAAAAAHHHH?? KENAPA???? Sedih sih, ternyata Akta Lahir Anak juga
harus dilegalisir dulu sama Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil)
Kabupaten Jepara (kebodohan aku sih, kan emang harusnya gitu!!! Tapi, aku ga nemu tulisan di blog yang mengharuskan legalisir Dukcapil). Sebenarnya,
petugas udah mau memproses legalisasi Akta Lahir Anak, tapi yang aslinya, bukan
fotocopy-annya! Lah aku mikir ngapain berkas asli dilegalisasi (walopun di blog
orang banyak juga yang melegalisasi berkas aslinya). Tapi, aku memilih
melegalisasi berkas fotocopy-annya aja, yang artinya, aku harus minta legalisir
dulu ke Jepara. Huuffft! Gak jadi cepet deh prosesnya. Belum lagi drama ga bawa
materai (dikarenakan permasalahan tidak diterbitkannya stiker legalisasi tadi,
jadi harus pake materai). Akhirnya nyebrang dulu deh nyari toko ATK, soalnya di
tempat fotocopy Gedung Cik gak jual materai. Sebel sih kenapa aku gak detil.
Tapi, seharusnya di Ditjen AHU ada petugas verifikasi berkas dulu sih
sebelum pemohon antri di loket (contohnya kayak di Ditjen Imigrasi yang sekarang
udah bagus pelayanannya). Kan jadinya bisa mempermudah petugas loket, di mana
hanya pemohon dengan berkas lengkap yang bisa dapat nomor antrian. Rempong
banget kan? Udah gitu legalisirnya baru terbit paling cepat 3 hari atau paling
lambat seminggu dari penyerahan berkas. Harus banyak-banyak sabar gais.
Tanggal 31 Oktober 2019, akhirnya aku ngirim Akta Lahir Anak ke Jepara lewat Pos Indonesia untuk dilegalisir sama keluarga. Tanggal 6 November 2019 sudah selesai dilegalisir di Dukcapil Jepara. Aku tinggal nunggu kiriman berkasnya aja.
Tanggal 7 November 2019, aku mengajukan permohonan ulang untuk Akta Lahir Anak di legalisasi.ahu.go.id. Kenapa? Soalnya harus ada kesamaan data dari yang kita daftarkan. Nah, masalahnya pejabat publik yang aku cantumin di permohonan legalisasi Akta Lahir Anak yang dulu tuh atas nama Kadisnya. Nah, kan sekarang yang melegalisir berkasnya salah satu kepala bagiannya :D. Ya udah gpp uang Rp100.000 aku yang kemarin udah dibayarkan ke Bank BJB hangus, toh emang dari awal ada kesalahan.
Akhirnya, 11 November 2019 berkas dari Jepara sampai juga. Dan permohonan ulang legalisasi aku sudah diverifikasi. Saatnya kembali ke Gedung Cik's. Sekalian mau nanyain berkas legalisasi Akta Nikah aku yang udah 12 hari ga ada kabar, ditunggu-tunggu teleponnya tapi ga ada terus. Aku nelpon ke bagian legalisasinya, eh ga diangkat-angkat. Kebayang ga sih kalo pelayanannya kayak gini kan kasian orang yang butuh berkasnya cepat keluar. Untung aku masih bisa sabar, soalnya ga buru-buru.
12 November 2019
Legalisasi Akta Lahir Anak di Ditjen Administrasi Hukum Umum (AHU), Kemenkumham
Gedung Cik's, Cikini
Langkah-langkahnya masih sama. Antrian pun masih di Counter 1. Cuma kali ini kok penuh banget ya dari 2 minggu lalu. Nunggu lebih lama pula. Akhirnya dipanggil dan...... Ga nyampe 5 menit stiker legalisasi hologramnya langsung jadi! Yes, akhirnya dapet stiker hologram! Sistemnya udah kembali ke semula ternyata! Alhamdulillah. Berkas legalisasi Akta Lahir Anak dan legalisasi manual Akta Nikah aku pun udah jadi. Saatnya lanjut ke next step..
Tanggal 31 Oktober 2019, akhirnya aku ngirim Akta Lahir Anak ke Jepara lewat Pos Indonesia untuk dilegalisir sama keluarga. Tanggal 6 November 2019 sudah selesai dilegalisir di Dukcapil Jepara. Aku tinggal nunggu kiriman berkasnya aja.
Tanggal 7 November 2019, aku mengajukan permohonan ulang untuk Akta Lahir Anak di legalisasi.ahu.go.id. Kenapa? Soalnya harus ada kesamaan data dari yang kita daftarkan. Nah, masalahnya pejabat publik yang aku cantumin di permohonan legalisasi Akta Lahir Anak yang dulu tuh atas nama Kadisnya. Nah, kan sekarang yang melegalisir berkasnya salah satu kepala bagiannya :D. Ya udah gpp uang Rp100.000 aku yang kemarin udah dibayarkan ke Bank BJB hangus, toh emang dari awal ada kesalahan.
Daftar Ulang Permohonan |
Akhirnya, 11 November 2019 berkas dari Jepara sampai juga. Dan permohonan ulang legalisasi aku sudah diverifikasi. Saatnya kembali ke Gedung Cik's. Sekalian mau nanyain berkas legalisasi Akta Nikah aku yang udah 12 hari ga ada kabar, ditunggu-tunggu teleponnya tapi ga ada terus. Aku nelpon ke bagian legalisasinya, eh ga diangkat-angkat. Kebayang ga sih kalo pelayanannya kayak gini kan kasian orang yang butuh berkasnya cepat keluar. Untung aku masih bisa sabar, soalnya ga buru-buru.
12 November 2019
Legalisasi Akta Lahir Anak di Ditjen Administrasi Hukum Umum (AHU), Kemenkumham
Gedung Cik's, Cikini
Langkah-langkahnya masih sama. Antrian pun masih di Counter 1. Cuma kali ini kok penuh banget ya dari 2 minggu lalu. Nunggu lebih lama pula. Akhirnya dipanggil dan...... Ga nyampe 5 menit stiker legalisasi hologramnya langsung jadi! Yes, akhirnya dapet stiker hologram! Sistemnya udah kembali ke semula ternyata! Alhamdulillah. Berkas legalisasi Akta Lahir Anak dan legalisasi manual Akta Nikah aku pun udah jadi. Saatnya lanjut ke next step..
Stiker Legalisasi Hologram Kemenkumham |
Hari itu juga aku langsung mengajukan permohonan legalisasi Kemenlu di aplikasi Legalisasi Dokumen Kemenlu yang ada di Playstore. Setelah register dan login, aku upload dokumen-dokumen yang akan dilegalisir. Panduannya bisa dibaca di link ini.
Aplikasi Legalisasi Dokumen Kemenlu |
Upload data legalisasi |
Menunggu proses verifikasi |
Besoknya ada pemberitahuan kalo berkas yang aku upload ga jelas, jadinya ditolak deh. Ya udah aku mengajukan permohonan lagi. Eh, di permohonan ke dua, dari 4 berkas yang diajukan hanya 2 yang disetujui. Akhirnya aku mengajukan permohonan yang ke tiga kalinya daaaan yeeaaaay di-approved semua! Huft akhirnya. Abis itu disuruh bayar melalui Bank Mandiri di hari yang sama dan upload bukti bayarnya.
Dokumen disetujui |
Pembayaran diverifikasi |
18 November 2019
Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri
Tibalah hari menuju tahap berikutnya: Ngambil stiker legalisasi Kemenlu. Diagendakan pukul 09.25 WIB, tapi aku dateng lebih cepat takut kenapa-napa. 08.30 WIB naik gojek ke Direktorat Protokol dan Konsuler Kemenlu, di mana tempat legalisasi berada (tepatnya di Pelayanan Terpadu Kemenlu). Nyampe jam 9.00an, ngambil nomor antrian, nunggu, dipanggil nyerahin berkas, nunggu lagi, daaaaan 10 menit kemudian jadi donk stikernya!! So far ini sih yang prosesnya cepat, nyaman, dan no drama. Keren lah Kemenlu!!
Suasana Pelayanan Terpadu Kemenlu |
Stiker Legalisasi Kemenlu-nya jadi juga |
NB:
Oia, kemarin-kemarin dokumen yang aku legalisir itu fotocopy-annya. Dari blog-blog yang aku baca, ternyata dokumen aslinya juga harus dilegalisir. Akhirnya aku balik lagi ke AHU deh daripada berabe ntarnya kan, mending dilegalisir aja semua :D. Terus setelah aku confirm via email ke Kedubes Belanda di Jakarta (yang akhirnya aku ditelpon langsung sama salah satu stafnya) juga memang katanya lebih baik berkas aslinya saja yang dilegalisir.
Ada satu masalah lagi nih, akta lahir aku kan masih berbahasa Indonesia, ga dwibahasa kayak akta lahir anak-anak jaman now. Akhirnya aku kirim berkas ke Cimahi untuk mengajukan pergantian akta lahir ke dwibahasa. Eh, secara ya akta lahir aku keluaran tahun 1992 dan dulu masih masuk Kabupaten Bandung (Kota Cimahi baru berdiri tahun 2001), jadi Dukcapil Cimahi nyuruh minta surat pernyataan dari Dukcapil Kab. Bandung di Soreang.
Terus, lagi-lagi ada aja yang jadi masalah. Dikarenakan KK aku tuh Jepara, jadi Dukcapil Kab. Bandung malah ngasih surat yang ditujukan ke Dukcapil Jepara (artinya, dengan peraturan sekarang, penerbitan akta sesuai domisili di KK dan KTP). Duuuhhh, asli deh aku udah mumet banget dan pengen nyerah aja! Akhirnya aku putuskan untuk pake jasa Sworn Translator aja.
Hari itu juga aku kontak salah satu Sworn Translator, Bapak Anang Fahkcrudin (referensi dari blog-blog) via email. Timnya lumayan fast respon. Harganya Rp35.000 per halaman. Besoknya draft terjemahan akta lahir sudah terbit untuk kita koreksi. Tanggal 3 Desember 2019, paket dokumen terjemahan sampai di tangan. Yeeaaay!
Oia, kemarin-kemarin dokumen yang aku legalisir itu fotocopy-annya. Dari blog-blog yang aku baca, ternyata dokumen aslinya juga harus dilegalisir. Akhirnya aku balik lagi ke AHU deh daripada berabe ntarnya kan, mending dilegalisir aja semua :D. Terus setelah aku confirm via email ke Kedubes Belanda di Jakarta (yang akhirnya aku ditelpon langsung sama salah satu stafnya) juga memang katanya lebih baik berkas aslinya saja yang dilegalisir.
Ada satu masalah lagi nih, akta lahir aku kan masih berbahasa Indonesia, ga dwibahasa kayak akta lahir anak-anak jaman now. Akhirnya aku kirim berkas ke Cimahi untuk mengajukan pergantian akta lahir ke dwibahasa. Eh, secara ya akta lahir aku keluaran tahun 1992 dan dulu masih masuk Kabupaten Bandung (Kota Cimahi baru berdiri tahun 2001), jadi Dukcapil Cimahi nyuruh minta surat pernyataan dari Dukcapil Kab. Bandung di Soreang.
Terus, lagi-lagi ada aja yang jadi masalah. Dikarenakan KK aku tuh Jepara, jadi Dukcapil Kab. Bandung malah ngasih surat yang ditujukan ke Dukcapil Jepara (artinya, dengan peraturan sekarang, penerbitan akta sesuai domisili di KK dan KTP). Duuuhhh, asli deh aku udah mumet banget dan pengen nyerah aja! Akhirnya aku putuskan untuk pake jasa Sworn Translator aja.
Hari itu juga aku kontak salah satu Sworn Translator, Bapak Anang Fahkcrudin (referensi dari blog-blog) via email. Timnya lumayan fast respon. Harganya Rp35.000 per halaman. Besoknya draft terjemahan akta lahir sudah terbit untuk kita koreksi. Tanggal 3 Desember 2019, paket dokumen terjemahan sampai di tangan. Yeeaaay!
Dokumen terjemahan akta lahir |
Sworn Translator: Anang Fahkcrudin |
Tapi, ada satu hal lagi yang bikin nyesek. Akta lahir asli aku ternyata dilaminating :(. Secara ya jaman dulu ngertinya berkas penting itu harus dilaminating biar awet. Ternyata sekarang kerasanya ga gitu juga bulgosooooo! Pliissss, berkas penting ga usah dilaminating deh mendingan! Contohnya buat ngurus-ngurus berkas kayak gini bakalan lebih mudah kalo berkas penting kamu disimpan aja dengan map bening yang rapi. Ya gimana lagi, nasi sudah jadi bubur. Sekarang gimana caranya biar tuh akta asli aku bisa dibuka laminasi belakangnya untuk dilegalisasi. Dicoba dikit-dikit, eeeehhh hampir sobek pemirsa. Aku ga berani nerusin buka laminasinya.
Akhirnya aku kembali ke Gedung Cik's tanggal 6 Desember 2019 (mengulang proses yang sama kayak di atas) untuk legalisir Akta Lahir Asli, Fotocopy Akta Lahir, dan Akta Lahir Terjemahan. Sebelumnya entah kenapa aku nyoba lagi buka laminating akta lahir asli aku pake jari tangan, daaaaan alhamdulillah bisa sedikit demi sedikit. Ampe terharu! Soalnya awalnya udah hopeless ampe mau minta tolong ke tempat fotocopy yang di Gedung Cik's.
Laminasi akta lahir bagian belakang yang dibuka |
Langsung deh aku daftar legalisasi online Kemenlu lagi ;). Dan tanggal 10 Desember 2019 aku ke sana untuk ngambil stiker legalisasinya. Alhamdulillah, semua berkas untuk pengajuan MVV atau Visa Residensial Belanda selesai juga!
PERMOHONAN MVV - VISA FOR LONG STAY (>90 DAYS)
Tahap terakhir! Legalisasi berkas di Kedubes Belanda di Jakarta!! Fyuuuhh!!
Sebelumnya, aku udah bikin perjanjian untuk legalisasi berkas visa di web-nya https://www.vfsglobal.com/Netherlands/Indonesia/. Buat kamu biar lebih gampang bisa langsung akses di bit.ly/appoinmentnl untuk bikin janji. Aku udah bikin janji tanggal 12 Desember 2019 untuk legalisasi dokumen dan 19 Desember 2019 untuk apply MVV.
Buat perjanjian online di Kedubes Belanda |
Perjanjian untuk legalisasi dokumen |
|
12 Desember 2019
Kedutaan Besar Belanda
Kuningan, Jakarta Selatan
Jam 9 lebih aku pergi ke kantor Kedubes Belanda dengan naik bus Transjakarta jurusan Monas-Ragunan dan turun di Halte Kuningan Timur (jadi nostalgia waktu masih tinggal di Mampang Prapatan). Hari itu hujan dan kebetulan aku lagi sakit juga, seakan-akan udah ga ada tenaga buat ke sana karena kepala serasa mau pecah. Oke, ini ujian lagi setelah berbagai drama yang sudah dilewati bulan-bulan sebelumnya. Tapi, tetep harus kuat! Bekal makan siang dan obat sebagai amunisi ga ketinggalan.
Sekitar jam 09.45 WIB aku udah sampai di sana. Setelah lapor ke security dan bilang apa keperluan kita, baru boleh masuk (tentunya setelah nama kita dicek, karena yang belum membuat janji online dilarang masuk). Sampailah di ruangan Bagian Konsuler. Di sana udah ada 2 orang yang datang. Dikarenakan ga ada nomor antrian dan yang datang duduknya random, jadi seingetnya aja giliran siapa yang maju :D. Untung memang sedikit sih yang dateng.
Giliran aku yang maju ke loket dan cuma ngasih berkas yang mau dilegalisir plus ngasih biaya legalisirnya. Woooow, biayanya Rp400.000 per lembar dan aku punya 4 berkas yang dilegalisir ahahahha. Sebenarnya udah ga kaget sih karena udah baca-baca emang bakalan mahal sesuai kurs Euro hari itu. Jadi, total uang yang aku keluarkan sebanyak Rp1.600.000 :D. Lumayan ya.. Disuruh ngambil berkasnya jam 13.00 WIB. Terserah mau nunggu atau capcuz dulu. Kalo aku sih mending nunggu aja soalnya hujan dan lagi tepar sist :(
Sambil nunggu, aku makan siang dulu nebeng duduk di cafe kecil depan perpustakaannya. Suasananya enak, sepi.
Tibalah pukul 13.00 WIB. Aku datang paling awal ke Bagian Konsuler. Alhamdulillah, berkasnya berhasil dilegalisir. Terharuuuu karena itu artinya tinggal 1 langkah lagi menuju pengajuan Visa Residential Belanda.
Kedutaan Besar Belanda
Kuningan, Jakarta Selatan
Jam 9 lebih aku pergi ke kantor Kedubes Belanda dengan naik bus Transjakarta jurusan Monas-Ragunan dan turun di Halte Kuningan Timur (jadi nostalgia waktu masih tinggal di Mampang Prapatan). Hari itu hujan dan kebetulan aku lagi sakit juga, seakan-akan udah ga ada tenaga buat ke sana karena kepala serasa mau pecah. Oke, ini ujian lagi setelah berbagai drama yang sudah dilewati bulan-bulan sebelumnya. Tapi, tetep harus kuat! Bekal makan siang dan obat sebagai amunisi ga ketinggalan.
Miniatur Rumah Tradisional Belanda |
Sekitar jam 09.45 WIB aku udah sampai di sana. Setelah lapor ke security dan bilang apa keperluan kita, baru boleh masuk (tentunya setelah nama kita dicek, karena yang belum membuat janji online dilarang masuk). Sampailah di ruangan Bagian Konsuler. Di sana udah ada 2 orang yang datang. Dikarenakan ga ada nomor antrian dan yang datang duduknya random, jadi seingetnya aja giliran siapa yang maju :D. Untung memang sedikit sih yang dateng.
Bagian Konsuler Kedubes Belanda |
Giliran aku yang maju ke loket dan cuma ngasih berkas yang mau dilegalisir plus ngasih biaya legalisirnya. Woooow, biayanya Rp400.000 per lembar dan aku punya 4 berkas yang dilegalisir ahahahha. Sebenarnya udah ga kaget sih karena udah baca-baca emang bakalan mahal sesuai kurs Euro hari itu. Jadi, total uang yang aku keluarkan sebanyak Rp1.600.000 :D. Lumayan ya.. Disuruh ngambil berkasnya jam 13.00 WIB. Terserah mau nunggu atau capcuz dulu. Kalo aku sih mending nunggu aja soalnya hujan dan lagi tepar sist :(
Form pengambilan berkas legalisir |
Sambil nunggu, aku makan siang dulu nebeng duduk di cafe kecil depan perpustakaannya. Suasananya enak, sepi.
Tibalah pukul 13.00 WIB. Aku datang paling awal ke Bagian Konsuler. Alhamdulillah, berkasnya berhasil dilegalisir. Terharuuuu karena itu artinya tinggal 1 langkah lagi menuju pengajuan Visa Residential Belanda.
Berkas sudah lengkap |
Nah, sebelumnya kan aku udah mengajukan pendaftaran online buat ngajuin MVV pada tanggal 19 Desember 2019. Tapi, terpaksa aku batalkan. Kenapa? Setelah diskusi lagi sama suami, akhirnya diputuskan suamilah yang akan mengajukan visa anak dan istrinya di Belanda langsung. Dengan resikonya masing-masing gais.
1. Mengajukan visa di Belanda oleh sponsor (suami): Jika pengajuan ditolak, maka tidak bisa banding.
2. Mengajukan visa di Indonesia: Jika pengajuan ditolak, maka masih bisa banding.
Hmmm, emang bikin deg-degan sih, karena bisa jadi ini langkah terberat. But, still pray for the best. Aamiin.
19 Januari 2020
Apply Visa
Akhirnya, suami sempet juga apply visa online via ind.nl setelah beberapa kali ketunda karena paspor belum di-scan semua halaman, dan lain sebagainya. Berkat panduan temennya yang dulu berhasil apply, alhamdulillah lancar tinggal nunggu pemberitahuan approval-nya.
1. Mengajukan visa di Belanda oleh sponsor (suami): Jika pengajuan ditolak, maka tidak bisa banding.
2. Mengajukan visa di Indonesia: Jika pengajuan ditolak, maka masih bisa banding.
Hmmm, emang bikin deg-degan sih, karena bisa jadi ini langkah terberat. But, still pray for the best. Aamiin.
Salah satu quote penyemangat |
19 Januari 2020
Apply Visa
Akhirnya, suami sempet juga apply visa online via ind.nl setelah beberapa kali ketunda karena paspor belum di-scan semua halaman, dan lain sebagainya. Berkat panduan temennya yang dulu berhasil apply, alhamdulillah lancar tinggal nunggu pemberitahuan approval-nya.
Overview apply visa |
Setelah nunggu 2 bulan dengan harap-harap cemas, tepatnya pada tanggal 10 Maret 2020, muncul lah surat sakti persetujuan dari pihak IND untuk tinggal di Belanda. Surat ini tinggal dilampirkan sama berkas-berkas MVV di Kedubes Belanda.
Surat persetujuan tinggal di Belanda dari IND |
Udah seneng tuh akhirnya beberapa minggu lagi segera nyusul suami..
Kemudian, drama kembali terjadi. Tau kan dari akhir 2019 dunia ini disibukkan dengan COVID-19? Nah, saat itu baru muncul kasus 01 dan 02 di Indonesia, tapi kami masih kerja seperti biasa. Aku cepet-cepet aja daftar buat pengajuan MVV di Kedubes Belanda di Jakarta lewat bit.ly/appointmentnl. Aku pilih jadwal tanggal 23 Maret 2020 pukul 09.50 WIB.
Tiba-tibaaaa, pada tanggal 17 Maret 2020, application aku di-cancel donk karena COVID-19 makin merebak di Jakarta:(. Udah deh, serasa runtuh harapan ini..
Sejak saat itu juga muncul imbauan pemerintah untuk #WorkFromHome (WFH). Aku pun mulai bekerja dari rumah sejak 16 Maret 2020.
Setelah sebulan WFH, aku mengirimkan email ke pihak Kedubes Belanda di Jakarta untuk tau kepastian kapan mereka buka. Katanya mereka tutup sampe 28 April 2020, terus diperpanjang lagi sampai 15 Mei 2020, dan diperpanjang terus-terusan sampe 15 Juni 2020 :(. Aq sampe bosen ngirim e-mail terus ke pihak layanan konsulernya.
Sudah beberapa kali ngirim e-mail ke Kedubes Belanda, akhirnya aq nyerah, lebih karena perasaan campur aduk dan pasrah. Terus suami nyaranin buat nanya ke Kedubes apa ada pengecualian buat yang MVV-nya granted (cuma tinggal ngambil stiker visanya doank kayak aku). Tanggal 3 Juni 2020 aku e-mail dan akhirnya ada pencerahan.
Yeeaaay akhirnya aq kirim deh itu paspor-paspor dan akta nikah.
Eeeeeh berbarengan dengan e-mail aku yang terkirim ke mereka, ada e-mail masuk lagi. Masih dari Kedubes Belanda tapi dengan admin yang berbeda.
Ternyata yang bisa diproses hanya MVV dengan partner Warga Negara Belanda :(. Tau ga sih rasanya udah seneng ada harapan, terus sedetik kemudian jatuh lagi dibuat kecewa :(.
Akhirnya menjelang tanggal 15 Juni 2020, aku minta suami yang kirim e-mail. Dan seperti dugaan, Kedubes juga masih tutup sampai 1 Juli 2020. Entah sampai kapan drama ini akan berakhir. Suami dan temen-temen udah sering bilang, "Sabar ya..". Iya, bakalan terus sabar kok :).
THE DAY HAS COME
Tanggal 1 Juli 2020 tiba jugaaaa!! Sehari sebelumnya aku e-mail Kedubes dan mereka katanya masih menunggu keputusan EU Travel Ban dan Kemenlu Belanda. Ditambah EU mengeluarkan rilis yang menyatakan bahwa EU buka hanya untuk 15 negara (tidak termasuk Indonesia pastinya). Dari situ aku makin pasrah terlebih sampai tanggal 2 pun Kedubes belum ada keputusan. Daaaaan entah saking hopeless-nya apa gimana, aku iseng lah buka bit.ly/appointmentnl (link pendaftaran semua jenis konsuler Kedubes Belanda). Eeeeh kok taunya bisa diakses formnya dan bisa milih tanggal perjanjian!! Aku udah beberapa kali iseng kayak gini, tapi selalu berakhir dengan notif "no date for appointment" gitu. Dan iseng-iseng yang sekarang itu beneran iseng-iseng berhadiaaaah!! Aku berhasil buat janji di hari Senin, tanggal 6 Juli 2020. Alhamdulillah..
Kemudian, drama kembali terjadi. Tau kan dari akhir 2019 dunia ini disibukkan dengan COVID-19? Nah, saat itu baru muncul kasus 01 dan 02 di Indonesia, tapi kami masih kerja seperti biasa. Aku cepet-cepet aja daftar buat pengajuan MVV di Kedubes Belanda di Jakarta lewat bit.ly/appointmentnl. Aku pilih jadwal tanggal 23 Maret 2020 pukul 09.50 WIB.
Tiba-tibaaaa, pada tanggal 17 Maret 2020, application aku di-cancel donk karena COVID-19 makin merebak di Jakarta:(. Udah deh, serasa runtuh harapan ini..
Cancellation e-mail dari Kedubes Belanda di Jakarta |
Sejak saat itu juga muncul imbauan pemerintah untuk #WorkFromHome (WFH). Aku pun mulai bekerja dari rumah sejak 16 Maret 2020.
Setelah sebulan WFH, aku mengirimkan email ke pihak Kedubes Belanda di Jakarta untuk tau kepastian kapan mereka buka. Katanya mereka tutup sampe 28 April 2020, terus diperpanjang lagi sampai 15 Mei 2020, dan diperpanjang terus-terusan sampe 15 Juni 2020 :(. Aq sampe bosen ngirim e-mail terus ke pihak layanan konsulernya.
E-Mail Perpanjangan Penutupan Layanan Publik Kedubes Belanda |
Sudah beberapa kali ngirim e-mail ke Kedubes Belanda, akhirnya aq nyerah, lebih karena perasaan campur aduk dan pasrah. Terus suami nyaranin buat nanya ke Kedubes apa ada pengecualian buat yang MVV-nya granted (cuma tinggal ngambil stiker visanya doank kayak aku). Tanggal 3 Juni 2020 aku e-mail dan akhirnya ada pencerahan.
Yeeaaay akhirnya aq kirim deh itu paspor-paspor dan akta nikah.
Eeeeeh berbarengan dengan e-mail aku yang terkirim ke mereka, ada e-mail masuk lagi. Masih dari Kedubes Belanda tapi dengan admin yang berbeda.
Ternyata yang bisa diproses hanya MVV dengan partner Warga Negara Belanda :(. Tau ga sih rasanya udah seneng ada harapan, terus sedetik kemudian jatuh lagi dibuat kecewa :(.
Akhirnya menjelang tanggal 15 Juni 2020, aku minta suami yang kirim e-mail. Dan seperti dugaan, Kedubes juga masih tutup sampai 1 Juli 2020. Entah sampai kapan drama ini akan berakhir. Suami dan temen-temen udah sering bilang, "Sabar ya..". Iya, bakalan terus sabar kok :).
THE DAY HAS COME
Tanggal 1 Juli 2020 tiba jugaaaa!! Sehari sebelumnya aku e-mail Kedubes dan mereka katanya masih menunggu keputusan EU Travel Ban dan Kemenlu Belanda. Ditambah EU mengeluarkan rilis yang menyatakan bahwa EU buka hanya untuk 15 negara (tidak termasuk Indonesia pastinya). Dari situ aku makin pasrah terlebih sampai tanggal 2 pun Kedubes belum ada keputusan. Daaaaan entah saking hopeless-nya apa gimana, aku iseng lah buka bit.ly/appointmentnl (link pendaftaran semua jenis konsuler Kedubes Belanda). Eeeeh kok taunya bisa diakses formnya dan bisa milih tanggal perjanjian!! Aku udah beberapa kali iseng kayak gini, tapi selalu berakhir dengan notif "no date for appointment" gitu. Dan iseng-iseng yang sekarang itu beneran iseng-iseng berhadiaaaah!! Aku berhasil buat janji di hari Senin, tanggal 6 Juli 2020. Alhamdulillah..
6 JULI 2020
CLAIM MVV DI KEDUBES BELANDA
Cuma punya waktu 2 hari buat beres-beres berkas. Deg-degan takut ada yang ketinggalan atau salah berkas. Aku sampe dadakan bikin pas foto lagi loh soalnya kerudung aku ga sesuai panduan foto visa. Tapi alhamdulillah hari H lancar.
Ready to go to Netherlands Embassy. Yeeaayy!! |
Jadwal kami di kedubes pukul 13.00 WIB. Aku dan Latoe udah berangkat dari rumah jam 10 kurang dengan naik GoCar. Eh tenyata nyampe lebih cepet dari perkiraan. Setengah 12 kurang kami sampai dan belum diperbolehkan masuk, soalnya masih ada yang jadwal pagi di dalam. Akhirnya aku putuskan buat makan siang sambil nunggu di Setiabudi One. Keliling bentar, aku liat ada Gyu Kaku.. Waaaah sekangen itu sih jadinya aku makan di sana.
Latoe at Kedubes Belanda, Jakarta |
Setengah 1 siang kami bergegas ke kedubes lagi. Kali ini boleh masuk dan nunggu di area luar ruang konsuler. Alhamdulillah ga lama kami dipanggil masuk. Setelah penyerahan berkas selesai (tanpa ada kekurangan), kami diberi form tanda terima buat ngambil paspor yang berstiker visa dengan jadwal hari Rabu, 8 Juli 2020 pukul 13.00 - 14.00 WIB. Woooow, kirain bakalan dianter lewat ekspedisi ke rumah, taunya selesai dalam waktu 2 hari aja.
Tanda terima berkas MVV |
8 JULI 2020
PENGAMBILAN PASPOR DAN MVV DI KEDUBES BELANDA
Tibalah saatnya akhir dari drama iniiiiiiii T.T
Hari Rabu, aku langsung meluncur ke kedubes dari kantor aku pukul 13.00 WIB dengan semangat '45! Setengah 2 aku sudah di ruangan konsuler Kedubes Belanda. Gak lama, aku dipanggil dan menyerahkan form tanda terima berkas MVV. Gak nyampe 2 menit, PASPOR DENGAN MVV SUDAH DITANGAN!!
My Long-Stay Visa of Netherlands :) |
Asli terharu banget, seneeenggg, entah harus bersyukur gimana lagi!
Perjuangan panjang aku selama 10 bulan buat dapetin MVV akhirnya selesai juga.
It means one step closer to go to Netherlands.
September 2019 - Juli 2020.
A long long journey to get what I'm dreaming of.
Aku ga akan menyia-nyiakan kesempatan untuk tinggal di Belanda ini.
There will be more blogs and vlogs to come. CAN'T WAIT!!
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Our new life begins..
Baca juga: DREAM
#LifeJourney
#JuwitaForNL2020
- July 15, 2020
- 13 Comments