Suka Duka Mendapatkan Long Stay Visa (MVV) Belanda

July 15, 2020



Akhirnya perjuangan panjang selesai juga! Jujur, awalnya aku blank dan deg-degan banget harus mulai ngurusnya dari mana. Udah kepikiran bakalan ribeeeeet banget ngurus berkas-berkasnya. Tapi, sekalinya mulai, eh ga seribet itu kok..

Mmmm, lebih ke rempong sih sebenarnya..

Intinya, kalo kamu udah tau berkas apa aja yang dibutuhkan buat bikin Long-Stay Visa (MVV) atau Visa Residensial Belanda, bakalan gampang kok prosesnya. Kamu bisa browsing atau tanya-tanya ke Kedutaan Besar Belanda di Kuningan, Jakarta Selatan. Kalo aku sih dulu ada suami yang bisa diandalkan nyari info ke temen-temennya yang udah pernah bikin (soalnya suamiku sendiri bikin visanya udah dibantu sama pihak LPDP). Laaah aku? Harus ngurus sendiri donk! Berkas yang dibutuhkan sebenarnya cuma dikit. Tau gak apa yang bikin sedikit rempong? Minta legalisirnya! Soalnya harus melewati berbagai instansi dari mulai KUA, Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), sampai akhirnya Kedutaan Besar (Kedubes) Belanda!!! Fyuuuuhhh, ngebayanginnya aja udah males wkwkwk.

Nah, nantinya MVV ini digunakan untuk mengambil Resident Permit di Belanda langsung.

Okay, ini dia berkas-berkas yang harus aku siapkan untuk pengajuan Long-Stay Visa atau Visa Residensial Belanda:
1. Akta Lahir Pribadi

2. Akta Lahir Anak
3. Buku Nikah

4. Fotocopy Paspor Pribadi

5. Fotocopy Paspor Anak

6. Fotocopy Paspor Suami

7. Fotocopy Izin Tinggal Suami

8. Letter of Guarantee (LoG)
9. Form MVV Issue
10. Bukti Pendapatan 1600 Euro per Bulan

Dari berkas-berkas di atas, yang harus dilegalisir cuma akta lahir pribadi, akta lahir anak dan buku nikah. Mari bergerilya ke Kemenag, Kemenkumham, Kemenlu, dan Kedubes Belanda sist!

23 September 2019
Legalisasi Buku Nikah di KUA Cimahi Tengah

Tahap awal dari semua rangkaian kerempongan ini adalah legalisir Buku Nikah yang harus melalui tahapan legalisir dari tempat buku nikah tersebut diterbitkan pertama kali! Yup, harus mulai dari KUA donk! Itu persyaratan awal dari Kemenag ya. Mereka gak mau legalisir kalo ga ada cap dari KUA.

Dikarenakan saya dan suami menikah di Cimahi, jadi yang mengeluarkan adalah KUA Cimahi Tengah. Prosesnya, minta tolong adik di Cimahi karena posisi aku yang gak memungkinkan legalisir sendiri. Secara ya kerja di Jakarta. Buku nikah aku kirim lewat Pos Indonesia. Menurut informasi adik, prosesnya cepat langsung dilegalisir walaupun pas datang bapaknya sedang gak di tempat. Jadi, harus nunggu beberapa saat. Tadaaaa, legalisiran dari KUA sudah selesai per tanggal 23 September 2019.
Berkas Legalisir Buku Nikah dari KUA

15 Oktober 2019
Legalisasi Buku Nikah di Kemenag

Caranya datang ke Kementerian Agama di Jl. M.H Thamrin Jakarta. Jangan sampai kebalik ya, soalnya dulu itu katanya pelayanan legalisasi Buku Nikah ada di Kantor Kemenag di Jl. Lapangan Banteng. Nah, sekarang udah ngga lagi ya sist. 


Kementerian Agama RI


Tanggal 15 Oktober 2019 jam 09.35 WIB aku udah sampai di lobby Kemenag. Hal pertama yang dilakukan adalah mengisi data diri di resepsionis lobby. Petugas langsung mengarahkan ke lantai 9, tepatnya di Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah. 


Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah

Di Layanan Publik Legalisasi-lah aku ngasih berkas yang akan dilegalisasi. Petugasnya baik dan ramah banget, ampe becanda nanya, “Buku nikah siapa yang mau dilegalisir? Kayak masih kecil,”. Aku jawab aja, “Buku nikah saya, Pak. Sebenarnya saya udah tua,” ahahahah. Langsung petugas ngasih form Legalisasi Kutipan Akta Nikah untuk diisi. Berkas yang diserahkan pun hanya 3 lembar.


Form Isian


Pukul 09.45 WIB form sudah diisi, tinggal nunggu legalisir selesai. Gak nunggu lama, sekitar 20 menit berkas sebanyak 2 lembar sudah selesai dilegalisir. Yang 1 lembar kayaknya buat arsip mereka. Yeeaaaay! Prosesnya cepat banget dan gak banyak effort. Good job Kemenag!
Berkas Legalisir dari Kemenag


28 Oktober 2019
Permohonan Pengajuan Legalisasi Buku Nikah dan Akta Lahir Anak di Web Ditjen Administrasi Hukum Umum (AHU), Kemenkumham

Tepat di hari ulang tahun aku, entah kesambet apa pengen cepet-cepet kelarin legalisiran yang tertunda. Sebelumnya emang udah baca-baca cara legalisir dokumen di Kemenkumham dari berbagai blog. Alhamdulillah, sistemnya udah online yang bakalan mempercepat proses legalisirnya. Jam 11.30 WIB, aku langsung buka web-nya legalisasi AHU di legalisasi.ahu.go.id buat mengajukan permohonan legalisir berkas pernikahan dan kependudukan. Di web-nya juga udah detil banget dibahas panduan permohonannya. Di situ, kita harus upload berkas yang mau dilegalisir beserta jumlah berkasnya. Aku mengajukan legalisir masing-masing 2 berkas untuk Buku Nikah dan Akta Lahir Anak. Jadi, totalnya 4 berkas. Setelah selesai mengisi data lengkap, klik deh option “KIRIM PERMOHONAN” yang ada di bawah data permohonan kita. Setelah itu, tunggu sampai AHU memverifikasi berkas onlinenya dan kode voucher diterbitkan. Aku sendiri baru dapat email verifikasi keesokan harinya jam 10.25 WIB, artinya sekitar 23 jam proses verifikasi.


Permohonan legalisasi sudah diverifikasi

Akhirnya terbit deh kode voucher-nya! Kode ini diperlukan saat kita membayar legalisirnya ya. Masing-masing berkas dikenakan biaya Rp50.000. Jadi, untuk 4 berkas aku harus membayar Rp200.000. Lumayan juga ya. Padahal tahun lalu biayanya masih Rp25.000 loh! Ya syudah lah ya.


Voucher legalisasi

30 OKTOBER 2019
Legalisasi Buku Nikah dan Akta Lahir Anak di Ditjen Administrasi Hukum Umum (AHU), Kemenkumham
Gedung Cik's, Cikini

Dengan berbekal berkas Buku Nikah dan Akta Lahir Anak (asli dan fotocopy), jam 09.00 WIB aku bergegas ke Gedung Cik's, Cikini di mana Ditjen Administrasi Hukum Umum (AHU), Kemenkumham berada. Dengan semangat ’45, hal pertama yang dilakukan dateng ke Bank BJB atau BNI yang konon ada di gedung yang sama untuk melakukan pembayaran legalisir. Sebenarnya bisa lewat iBanking sih, tapi katanya harus berasal dari Bank BJB dan BNI. Secara aku ga punya, jadi biar gak ribet langsung aja bayar di teller-nya. Setelah bayar Rp200.000, kita dikasih bukti pembayaran untuk diserahkan di loket legalisir. Akhirnya aku ambil nomor antrian untuk menuju Loket 1. Setelah menunggu 30 menit, tibalah nomor antrian aku dipanggil.


Bukti Pembayaran di BJB


Nomor Antrian

Di loket 1, aku langsung ngasih 4 berkas yang mau dilegalisir beserta bukti bayarnya. Ternyata, berkas aslinya gak diliat petugasnya juga sist :D. Tapi, tetep harus dibawa ya buat jaga-jaga. Setelah diperiksa petugas, akhirnya terbit juga legalisasi Kemenkumham dalam bentuk stiker SAAT ITU JUGA! Yeeaaay, cepet banget ya!

Eh maaf, itu hanya ekspektasi ya. Realitanya………

Di hari yang sama dengan pengajuan permohonan legalisasi online (ketika resah nunggu verifikasi yang tak kunjung datang hilalnya), aku bukalah web AHU di ahu.go.id. Ternyata ada pengumuman penting!!! Sampe langsung muncul di halaman awal web-nya. Gini nih isinya:


Pengumuman Penghentian Sementara Layanan Alegtron

Dari situ langsung down, bakalan secepat itu ga ya legalisasi manual pake capnya? Bagaimanapun juga, tetep harus lanjut. Ngenesnya lagi, pengumuman itu diterbitkan 6 hari sebelum aku mengajukan berkas :(.

Oke balik lagi ke cerita di Loket 1.
Setelah diperiksa petugas, fotocopy Buku Nikah aku yang sudah dilegalisir KUA dan Kemenag langsung diproses. Sementara, Akta Lahir Anak terpaksa harus dipending! HAAAAAHHHH?? KENAPA???? Sedih sih, ternyata Akta Lahir Anak juga harus dilegalisir dulu sama Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Jepara (kebodohan aku sih, kan emang harusnya gitu!!! Tapi, aku ga nemu tulisan di blog yang mengharuskan legalisir Dukcapil). Sebenarnya, petugas udah mau memproses legalisasi Akta Lahir Anak, tapi yang aslinya, bukan fotocopy-annya! Lah aku mikir ngapain berkas asli dilegalisasi (walopun di blog orang banyak juga yang melegalisasi berkas aslinya). Tapi, aku memilih melegalisasi berkas fotocopy-annya aja, yang artinya, aku harus minta legalisir dulu ke Jepara. Huuffft! Gak jadi cepet deh prosesnya. Belum lagi drama ga bawa materai (dikarenakan permasalahan tidak diterbitkannya stiker legalisasi tadi, jadi harus pake materai). Akhirnya nyebrang dulu deh nyari toko ATK, soalnya di tempat fotocopy Gedung Cik gak jual materai. Sebel sih kenapa aku gak detil.

Tapi, seharusnya di Ditjen AHU ada petugas verifikasi berkas dulu sih sebelum pemohon antri di loket (contohnya kayak di Ditjen Imigrasi yang sekarang udah bagus pelayanannya). Kan jadinya bisa mempermudah petugas loket, di mana hanya pemohon dengan berkas lengkap yang bisa dapat nomor antrian. Rempong banget kan? Udah gitu legalisirnya baru terbit paling cepat 3 hari atau paling lambat seminggu dari penyerahan berkas. Harus banyak-banyak sabar gais.

Tanggal 31 Oktober 2019, akhirnya aku ngirim Akta Lahir Anak ke Jepara lewat Pos Indonesia untuk dilegalisir sama keluarga. Tanggal 6 November 2019 sudah selesai dilegalisir di Dukcapil Jepara. Aku tinggal nunggu kiriman berkasnya aja.

Tanggal 7 November 2019, aku mengajukan permohonan ulang untuk Akta Lahir Anak di legalisasi.ahu.go.id. Kenapa? Soalnya harus ada kesamaan data dari yang kita daftarkan. Nah, masalahnya pejabat publik yang aku cantumin di permohonan legalisasi Akta Lahir Anak yang dulu tuh atas nama Kadisnya. Nah, kan sekarang yang melegalisir berkasnya salah satu kepala bagiannya :D. Ya udah gpp uang Rp100.000 aku yang kemarin udah dibayarkan ke Bank BJB hangus, toh emang dari awal ada kesalahan.


Daftar Ulang Permohonan

Akhirnya, 11 November 2019 berkas dari Jepara sampai juga. Dan permohonan ulang legalisasi aku sudah diverifikasi. Saatnya kembali ke Gedung Cik's. Sekalian mau nanyain berkas legalisasi Akta Nikah aku yang udah 12 hari ga ada kabar, ditunggu-tunggu teleponnya tapi ga ada terus. Aku nelpon ke bagian legalisasinya, eh ga diangkat-angkat. Kebayang ga sih kalo pelayanannya kayak gini kan kasian orang yang butuh berkasnya cepat keluar. Untung aku masih bisa sabar, soalnya ga buru-buru.

12 November 2019
Legalisasi Akta Lahir Anak di Ditjen Administrasi Hukum Umum (AHU), Kemenkumham
Gedung Cik's, Cikini

Langkah-langkahnya masih sama. Antrian pun masih di Counter 1. Cuma kali ini kok penuh banget ya dari 2 minggu lalu. Nunggu lebih lama pula. Akhirnya dipanggil dan...... Ga nyampe 5 menit stiker legalisasi hologramnya langsung jadi! Yes, akhirnya dapet stiker hologram! Sistemnya udah kembali ke semula ternyata! Alhamdulillah. Berkas legalisasi Akta Lahir Anak dan legalisasi manual Akta Nikah aku pun udah jadi. Saatnya lanjut ke next step..

Stiker Legalisasi Hologram Kemenkumham


Hari itu juga aku langsung mengajukan permohonan legalisasi Kemenlu di aplikasi Legalisasi Dokumen Kemenlu yang ada di Playstore. Setelah register dan login, aku upload dokumen-dokumen yang akan dilegalisir. Panduannya bisa dibaca di link ini


Aplikasi Legalisasi Dokumen Kemenlu

Upload data legalisasi

Menunggu proses verifikasi

Besoknya ada pemberitahuan kalo berkas yang aku upload ga jelas, jadinya ditolak deh. Ya udah aku mengajukan permohonan lagi. Eh, di permohonan ke dua, dari 4 berkas yang diajukan hanya 2 yang disetujui. Akhirnya aku mengajukan permohonan yang ke tiga kalinya daaaan yeeaaaay di-approved semua! Huft akhirnya. Abis itu disuruh bayar melalui Bank Mandiri di hari yang sama dan upload bukti bayarnya.

Dokumen disetujui

Pembayaran diverifikasi

18 November 2019
Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri

Tibalah hari menuju tahap berikutnya: Ngambil stiker legalisasi Kemenlu. Diagendakan pukul 09.25 WIB, tapi aku dateng lebih cepat takut kenapa-napa. 08.30 WIB naik gojek ke Direktorat Protokol dan Konsuler Kemenlu, di mana tempat legalisasi berada (tepatnya di Pelayanan Terpadu Kemenlu). Nyampe jam 9.00an, ngambil nomor antrian, nunggu, dipanggil nyerahin berkas, nunggu lagi, daaaaan 10 menit kemudian jadi donk stikernya!! So far ini sih yang prosesnya cepat, nyaman, dan no drama. Keren lah Kemenlu!!

Suasana Pelayanan Terpadu Kemenlu


Stiker Legalisasi Kemenlu-nya jadi juga

NB:
Oia, kemarin-kemarin dokumen yang aku legalisir itu fotocopy-annya. Dari blog-blog yang aku baca, ternyata dokumen aslinya juga harus dilegalisir. Akhirnya aku balik lagi ke AHU deh daripada berabe ntarnya kan, mending dilegalisir aja semua :D. Terus setelah aku confirm via email ke Kedubes Belanda di Jakarta (yang akhirnya aku ditelpon langsung sama salah satu stafnya) juga memang katanya lebih baik berkas aslinya saja yang dilegalisir. 

Ada satu masalah lagi nih, akta lahir aku kan masih berbahasa Indonesia, ga dwibahasa kayak akta lahir anak-anak jaman now. Akhirnya aku kirim berkas ke Cimahi untuk mengajukan pergantian akta lahir ke dwibahasa. Eh, secara ya akta lahir aku keluaran tahun 1992 dan dulu masih masuk Kabupaten Bandung (Kota Cimahi baru berdiri tahun 2001), jadi Dukcapil Cimahi nyuruh minta surat pernyataan dari Dukcapil Kab. Bandung di Soreang.

Terus, lagi-lagi ada aja yang jadi masalah. Dikarenakan KK aku tuh Jepara, jadi Dukcapil Kab. Bandung malah ngasih surat yang ditujukan ke Dukcapil Jepara (artinya, dengan peraturan sekarang, penerbitan akta sesuai domisili di KK dan KTP). Duuuhhh, asli deh aku udah mumet banget dan pengen nyerah aja! Akhirnya aku putuskan untuk pake jasa Sworn Translator aja.

Hari itu juga aku kontak salah satu Sworn Translator, Bapak Anang Fahkcrudin (referensi dari blog-blog) via email. Timnya lumayan fast respon. Harganya Rp35.000 per halaman. Besoknya draft terjemahan akta lahir sudah terbit untuk kita koreksi. Tanggal 3 Desember 2019, paket dokumen terjemahan sampai di tangan. Yeeaaay!

Dokumen terjemahan akta lahir


Sworn Translator: Anang Fahkcrudin


Tapi, ada satu hal lagi yang bikin nyesek. Akta lahir asli aku ternyata dilaminating :(. Secara ya jaman dulu ngertinya berkas penting itu harus dilaminating biar awet. Ternyata sekarang kerasanya ga gitu juga bulgosooooo! Pliissss, berkas penting ga usah dilaminating deh mendingan! Contohnya buat ngurus-ngurus berkas kayak gini bakalan lebih mudah kalo berkas penting kamu disimpan aja dengan map bening yang rapi. Ya gimana lagi, nasi sudah jadi bubur. Sekarang gimana caranya biar tuh akta asli aku bisa dibuka laminasi belakangnya untuk dilegalisasi. Dicoba dikit-dikit, eeeehhh hampir sobek pemirsa. Aku ga berani nerusin buka laminasinya.

Akhirnya aku kembali ke Gedung Cik's tanggal 6 Desember 2019 (mengulang proses yang sama kayak di atas) untuk legalisir Akta Lahir Asli, Fotocopy Akta Lahir, dan Akta Lahir Terjemahan. Sebelumnya entah kenapa aku nyoba lagi buka laminating akta lahir asli aku pake jari tangan, daaaaan alhamdulillah bisa sedikit demi sedikit. Ampe terharu! Soalnya awalnya udah hopeless ampe mau minta tolong ke tempat fotocopy yang di Gedung Cik's.

Laminasi akta lahir bagian belakang yang dibuka

Langsung deh aku daftar legalisasi online Kemenlu lagi ;). Dan tanggal 10 Desember 2019 aku ke sana untuk ngambil stiker legalisasinya. Alhamdulillah, semua berkas untuk pengajuan MVV atau Visa Residensial Belanda selesai juga!

PERMOHONAN MVV - VISA FOR LONG STAY (>90 DAYS)

Tahap terakhir! Legalisasi berkas di Kedubes Belanda di Jakarta!! Fyuuuhh!!

Sebelumnya, aku udah bikin perjanjian untuk legalisasi berkas visa di web-nya https://www.vfsglobal.com/Netherlands/Indonesia/. Buat kamu biar lebih gampang bisa langsung akses di bit.ly/appoinmentnl untuk bikin janji. Aku udah bikin janji tanggal 12 Desember 2019 untuk legalisasi dokumen dan 19 Desember 2019 untuk apply MVV.

Buat perjanjian online di Kedubes Belanda

Perjanjian untuk legalisasi dokumen



Perjanjian apply MVV


12 Desember 2019
Kedutaan Besar Belanda
Kuningan, Jakarta Selatan

Jam 9 lebih aku pergi ke kantor Kedubes Belanda dengan naik bus Transjakarta jurusan Monas-Ragunan dan turun di Halte Kuningan Timur (jadi nostalgia waktu masih tinggal di Mampang Prapatan). Hari itu hujan dan kebetulan aku lagi sakit juga, seakan-akan udah ga ada tenaga buat ke sana karena kepala serasa mau pecah. Oke, ini ujian lagi setelah berbagai drama yang sudah dilewati bulan-bulan sebelumnya. Tapi, tetep harus kuat! Bekal makan siang dan obat sebagai amunisi ga ketinggalan.

Miniatur Rumah Tradisional Belanda

Sekitar jam 09.45 WIB aku udah sampai di sana. Setelah lapor ke security dan bilang apa keperluan kita, baru boleh masuk (tentunya setelah nama kita dicek, karena yang belum membuat janji online dilarang masuk). Sampailah di ruangan Bagian Konsuler. Di sana udah ada 2 orang yang datang. Dikarenakan ga ada nomor antrian dan yang datang duduknya random, jadi seingetnya aja giliran siapa yang maju :D. Untung memang sedikit sih yang dateng.

Bagian Konsuler Kedubes Belanda

Giliran aku yang maju ke loket dan cuma ngasih berkas yang mau dilegalisir plus ngasih biaya legalisirnya. Woooow, biayanya Rp400.000 per lembar dan aku punya 4 berkas yang dilegalisir ahahahha. Sebenarnya udah ga kaget sih karena udah baca-baca emang bakalan mahal sesuai kurs Euro hari itu. Jadi, total uang yang aku keluarkan sebanyak Rp1.600.000 :D. Lumayan ya.. Disuruh ngambil berkasnya jam 13.00 WIB. Terserah mau nunggu atau capcuz dulu. Kalo aku sih mending nunggu aja soalnya hujan dan lagi tepar sist :(

Form pengambilan berkas legalisir

Sambil nunggu, aku makan siang dulu nebeng duduk di cafe kecil depan perpustakaannya. Suasananya enak, sepi.


Tibalah pukul 13.00 WIB. Aku datang paling awal ke Bagian Konsuler. Alhamdulillah, berkasnya berhasil dilegalisir. Terharuuuu karena itu artinya tinggal 1 langkah lagi menuju pengajuan Visa Residential Belanda.

Berkas sudah lengkap

Nah, sebelumnya kan aku udah mengajukan pendaftaran online buat ngajuin MVV pada tanggal 19 Desember 2019. Tapi, terpaksa aku batalkan. Kenapa? Setelah diskusi lagi sama suami, akhirnya diputuskan suamilah yang akan mengajukan visa anak dan istrinya di Belanda langsung. Dengan resikonya masing-masing gais.

1. Mengajukan visa di Belanda oleh sponsor (suami): Jika pengajuan ditolak, maka tidak bisa banding.

2. Mengajukan visa di Indonesia: Jika pengajuan ditolak, maka masih bisa banding.

Hmmm, emang bikin deg-degan sih, karena bisa jadi ini langkah terberat. But, still pray for the best. Aamiin.

Salah satu quote penyemangat

19 Januari 2020
Apply Visa

Akhirnya, suami sempet juga apply visa online via ind.nl setelah beberapa kali ketunda karena paspor belum di-scan semua halaman, dan lain sebagainya. Berkat panduan temennya yang dulu berhasil apply, alhamdulillah lancar tinggal nunggu pemberitahuan approval-nya.


Overview apply visa


Setelah nunggu 2 bulan dengan harap-harap cemas, tepatnya pada tanggal 10 Maret 2020, muncul lah surat sakti persetujuan dari pihak IND untuk tinggal di Belanda. Surat ini tinggal dilampirkan sama berkas-berkas MVV di Kedubes Belanda.

Surat persetujuan tinggal di Belanda dari IND

Udah seneng tuh akhirnya beberapa minggu lagi segera nyusul suami..

Kemudian, drama kembali terjadi. Tau kan dari akhir 2019 dunia ini disibukkan dengan COVID-19? Nah, saat itu baru muncul kasus 01 dan 02 di Indonesia, tapi kami masih kerja seperti biasa. Aku cepet-cepet aja daftar buat pengajuan MVV di Kedubes Belanda di Jakarta lewat bit.ly/appointmentnl. Aku pilih jadwal tanggal 23 Maret 2020 pukul 09.50 WIB.

Tiba-tibaaaa, pada tanggal 17 Maret 2020, application aku di-cancel donk karena COVID-19 makin merebak di Jakarta:(. Udah deh, serasa runtuh harapan ini..

Cancellation e-mail dari Kedubes Belanda di Jakarta

Sejak saat itu juga muncul imbauan pemerintah untuk #WorkFromHome (WFH). Aku pun mulai bekerja dari rumah sejak 16 Maret 2020.

Setelah sebulan WFH, aku mengirimkan email ke pihak Kedubes Belanda di Jakarta untuk tau kepastian kapan mereka buka. Katanya mereka tutup sampe 28 April 2020, terus diperpanjang lagi sampai 15 Mei 2020, dan diperpanjang terus-terusan sampe 15 Juni 2020 :(. Aq sampe bosen ngirim e-mail terus ke pihak layanan konsulernya.

E-Mail Perpanjangan Penutupan Layanan Publik Kedubes Belanda

Sudah beberapa kali ngirim e-mail ke Kedubes Belanda, akhirnya aq nyerah, lebih karena perasaan campur aduk dan pasrah. Terus suami nyaranin buat nanya ke Kedubes apa ada pengecualian buat yang MVV-nya granted (cuma tinggal ngambil stiker visanya doank kayak aku). Tanggal 3 Juni 2020 aku e-mail dan akhirnya ada pencerahan.




Yeeaaay akhirnya aq kirim deh itu paspor-paspor dan akta nikah.

Eeeeeh berbarengan dengan e-mail aku yang terkirim ke mereka, ada e-mail masuk lagi. Masih dari Kedubes Belanda tapi dengan admin yang berbeda.


Ternyata yang bisa diproses hanya MVV dengan partner Warga Negara Belanda :(. Tau ga sih rasanya udah seneng ada harapan, terus sedetik kemudian jatuh lagi dibuat kecewa :(.

Akhirnya menjelang tanggal 15 Juni 2020, aku minta suami yang kirim e-mail. Dan seperti dugaan, Kedubes juga masih tutup sampai 1 Juli 2020. Entah sampai kapan drama ini akan berakhir. Suami dan temen-temen udah sering bilang, "Sabar ya..". Iya, bakalan terus sabar kok :).

THE DAY HAS COME

Tanggal 1 Juli 2020 tiba jugaaaa!! Sehari sebelumnya aku e-mail Kedubes dan mereka katanya masih menunggu keputusan EU Travel Ban dan Kemenlu Belanda. Ditambah EU mengeluarkan rilis yang menyatakan bahwa EU buka hanya untuk 15 negara (tidak termasuk Indonesia pastinya). Dari situ aku makin pasrah terlebih sampai tanggal 2 pun Kedubes belum ada keputusan. Daaaaan entah saking hopeless-nya apa gimana, aku iseng lah buka bit.ly/appointmentnl (link pendaftaran semua jenis konsuler Kedubes Belanda). Eeeeh kok taunya bisa diakses formnya dan bisa milih tanggal perjanjian!! Aku udah beberapa kali iseng kayak gini, tapi selalu berakhir dengan notif "no date for appointment" gitu. Dan iseng-iseng yang sekarang itu beneran iseng-iseng berhadiaaaah!! Aku berhasil buat janji di hari Senin, tanggal 6 Juli 2020. Alhamdulillah..

6 JULI 2020
CLAIM MVV DI KEDUBES BELANDA

Cuma punya waktu 2 hari buat beres-beres berkas. Deg-degan takut ada yang ketinggalan atau salah berkas. Aku sampe dadakan bikin pas foto lagi loh soalnya kerudung aku ga sesuai panduan foto visa. Tapi alhamdulillah hari H lancar. 
Ready to go to Netherlands Embassy. Yeeaayy!!

Jadwal kami di kedubes pukul 13.00 WIB. Aku dan Latoe udah berangkat dari rumah jam 10 kurang dengan naik GoCar. Eh tenyata nyampe lebih cepet dari perkiraan. Setengah 12 kurang kami sampai dan belum diperbolehkan masuk, soalnya masih ada yang jadwal pagi di dalam. Akhirnya aku putuskan buat makan siang sambil nunggu di Setiabudi One. Keliling bentar, aku liat ada Gyu Kaku.. Waaaah sekangen itu sih jadinya aku makan di sana.

Latoe at Kedubes Belanda, Jakarta

Setengah 1 siang kami bergegas ke kedubes lagi. Kali ini boleh masuk dan nunggu di area luar ruang konsuler. Alhamdulillah ga lama kami dipanggil masuk. Setelah penyerahan berkas selesai (tanpa ada kekurangan), kami diberi form tanda terima buat ngambil paspor yang berstiker visa dengan jadwal hari Rabu, 8 Juli 2020 pukul 13.00 - 14.00 WIB. Woooow, kirain bakalan dianter lewat ekspedisi ke rumah, taunya selesai dalam waktu 2 hari aja.

Tanda terima berkas MVV

8 JULI 2020
PENGAMBILAN PASPOR DAN MVV DI KEDUBES BELANDA

Tibalah saatnya akhir dari drama iniiiiiiii T.T

Hari Rabu, aku langsung meluncur ke kedubes dari kantor aku pukul 13.00 WIB dengan semangat '45! Setengah 2 aku sudah di ruangan konsuler Kedubes Belanda. Gak lama, aku dipanggil dan menyerahkan form tanda terima berkas MVV. Gak nyampe 2 menit, PASPOR DENGAN MVV SUDAH DITANGAN!!

My Long-Stay Visa of Netherlands :)


Asli terharu banget, seneeenggg, entah harus bersyukur gimana lagi! 
Perjuangan panjang aku selama 10 bulan buat dapetin MVV akhirnya selesai juga.
It means one step closer to go to Netherlands.
September 2019 - Juli 2020.
A long long journey to get what I'm dreaming of.
Aku ga akan menyia-nyiakan kesempatan untuk tinggal di Belanda ini.
There will be more blogs and vlogs to come. CAN'T WAIT!!

Bismillahirrohmaanirrohiim..
Our new life begins..

Europe's calling..

Baca juga: DREAM

#LifeJourney
#JuwitaForNL2020

You Might Also Like

13 comments

  1. Kalau kita datang sebagai turis apakah wajib punya jaminan senilai minim 80 jt dan apakah bisa disiasati? terimakasih atas infonya soalnya saya walaupun ada jaminan tetap ditolak sama imigrasi dg alasan tidak ada undangan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul, saya pun harus melaporkan pendapatan bulanan kok saat apply MVV. Klo masalah ditolak karena tidak ada undangan kurang paham ya, mungkin di masa pandemi ini msh dibatasi untuk visa dengan sponsor. Kebetulan dalam hal ini sponsor saya suami (diajukan oleh suami saya ke imigrasi di Belanda, setelah approved, baru saya ke Kedubes Belanda di Jakarta).

      Coba aja email ke Kedubes Belanda ya untuk lebih jelasnya. Siapa tau ada pencerahan.

      Makasih sudah berkunjung ke blog saya :)

      Delete
  2. Halo salam kenal ya Mbak. Mau tanya dong, kalo untuk istri yg akan ikut saya ke Belanda selama studi, apakah diperlukan tes civic integration exam atau inburgeringsexamen itu. Krn kelihatannya ditahapan yg diceritakan sepertinya nggak ada ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo, maaf baru bls ya. Kyknya udah keburu dibls di IG ya.. :)
      Info untuk pembaca lainnya, dikarenakan saya cuma tinggal sementara dan ikut suami yg kuliah, jadi tidak diperlukan test tsb ya. Beda halnya kalo kita bakalan tinggal lama di Belanda karena menikah bersama WN Belanda atau alasan lainnya. Semoga membantu ya :)

      Delete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  4. Halo mba, salam kenal saya Angelita tahun ini akan berangkat Kuliah di Apeldoorn, Belanda. Terima kasih sekali atas informasinya. Saya mau tanya mba, saya saat ini sedang mengurus Legalisasi Akta Kelahiran. Kasus saya sama seperti mba, Akta dilaminating, saya hopeless dan akhirnya menghubungi (telfon) ke Kedutaan Belanda. Kalau dari kedutaan sekarang infonya 'sesuai kebutuhan saja, yang penting harus dilegalisasi kemenkumham & kemenlu, sebelum ke kedutaan belanda' jadi perlu tanya langsung katanya ke yang mengurus Residence Permit di Belanda. Saya sendiri tidak menemukan info terkait itu di internet. Saat ini saya hanya menggunakan Fotocopy Akta Kelahiran (Akta saya sudah dwibahasa) dan sudah dilegalisir oleh Dukcapil. Apakah cukup hanya menyerahkan Fotocopy dilegalisir dukcapil, kemenkumham, kemenlu dan kedutaan belanda? Terima kasih atas bantuannya mbak. stay safe and healthy.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo, maaf, sudah dijawab di IG ya hihii.. Makasih ;)

      Delete
  5. Halo kak, terima kasih udah sharing pengalaman buat visa MVV ke belanda, aku seneng banget dapet informasi ini dari blog kakak. Mau tanya kak seputar penghasilan 1600 euro per bulan itu gimana ya kak? apakah dari penghasilan 2 pasangan digabungkan atau salah satu saja kak? terima kasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo, iya untuk akumulasi 2 orang/sepasang ya.. CMIIW ;)

      Delete
  6. halo kak, makasi infonya berguna banget
    kebetulan aku punya kasus yg sama kayak kakak
    dimn akta kelahiranku dilaminating sama org rumah terus tempat pembuatan akte & KK beda kabupaten yg jaraknya lumayan jauh
    dr kemaren udah coba aku buka pelan2 tp malah sobek
    ada saran lain gak soalnya kau udah hopeless banget dgn aktaku
    makasi

    ReplyDelete
  7. permisi kak. mau tanya perihal dokumen yg dilegalisasi cukup aslinya saja apa jaga-jaga yang fotocopian juga? rencana aku mau ikut suami yg bakal kerja lama di belanda sekaligus mungkin kerja partimer.

    ReplyDelete
  8. Hello kak salam kenal. Q jg smaa kasus nya sm kakak tp q bw 2 anak . Suami istri sma" asli indo mau berjuang tinggal d belanda . Sharing nya sangat membantu. IG nya apa kak ?

    ReplyDelete
  9. mba boleh info sworn translator nya ? Thank you ya

    ReplyDelete