Nge-Joss di Jogja
November 15, 2016
Wong Jogja dan yang udah sering ke Jogja pasti paham saat pertama kali baca judul posting-an ini (tapi di-keep dulu yaa). Bukan E*tra Joss sang minuman berstamina, tapi Jogja menyimpan banyak hal joss yang sayang untuk dilewatkan. Apa saja? Yuk nge-joss bareng :D
Giant photo of Malioboro Street @ Hotel Inna Garuda Malioboro |
Nah, ini di Jalan Malioboro yang aslinya |
Tanggal 7 sampai 9 November 2016 lalu, Yogyakarta (singkat Jogja aja yaa biar lebih enak pelafalannya) sedang beruntung karena aku sambangi hehe. Sebenarnya ini kali keempat atau kelima aku berada di kota ini, tapi tetep gak pernah bosen walaupun cuma datang ke tempat itu-itu saja semisal Candi Prambanan, Kraton Yogyakarta, dan Malioboro. Sudah barang tentu, kuliner selalu menjadi tujuan utama aku saat traveling. Rindu sate bacem dan pecel sayurnya! Tapi kali ini sayang sekali aku gak sempet makan pecel sayur yang biasanya ada di depan Pasar Beringharjo. Walaupun begitu, tetap puas dengan perjalanan di Jogja kali ini. Niatnya sih pengen wisata AADC yang lagi hits itu, nyatanya GATOT alias gagal total karena berbagai kendala! :D
Setibanya di Jogja dan check in hotel, hal pertama yang dilakukan adalah cari makan! Kebetulan hotel yang saya tempati berada di Jalan Malioboro, jadi tempat strategis untuk nongkrong-nongkrong ria adalah di daerah Alun-alun Kidul Yogyakarta. Di sini berderet gerobak-gerobak angkringan yang khas. Gelapnya malam yang tak berbintang itu sedikit gemerlap dengan kehadiran mobil kerlap-kerlip dan berwarna-warni yang tersebar mengelilingi lapangan. Sebenarnya mobil terbuka ini adalah sepeda, jadi bisa dikatakan onthel, becak atau mobil kayuh. Yang paling menarik dan cukup heboh menurut aku sih suara yang menggelegarnya, karena di setiap mobil kayuh ini dipasang layar kecil dan speaker aktif sehingga kita bisa memilih lagu yang kita inginkan.
Mobil kayuh berwarna-warni |
Aku gak sempet nanya berapa harga sewa mobil kayuh warna-warni ini untuk sekali naik berputar-putar di lapangan Alun-alun Kidul karena terlalu khusu makan di angkringan sambil lesehan :D. Sebenarnya pengen nyoba, tapi kayaknya lebih asik kalo banyakan (kebetulan saat itu aku cuma berdua dengan teman).
Nah, mengenai angkringan yang aku pilih, sebenarnya bukan di spot yang ramai, tapi cenderung sepi dengan pengunjung yang sepi pula. Kami memesan baceman ceker, sate telur, sate usus, dan satu nasi kucing tempe orek. Tidak lupa untuk menambah hangat suasana, aku pun memesan susu jahe. Tapi ternyata aku kurang suka dengan susu jahenya (susu jahe kemasan sih sebenarnya) karena susu yang disajikan adalah susu putih (which I don't like the most). Jadinya aku memesan minuman lagi: Es Teh Manis! Yaelah, bukan menghangatkan suasana lagi ceritanya kalo gini. Makanannya sih enak, tapi gak tau kenapa setelahnya jadi ngerasa kurang puas aja soalnya kok agak mahal yaa harganya (katanya sih harga pertusuknya 4 ribu). Mungkin karena beberapa minggu sebelumnya di Semarang dan Jepara aku pun makan sate bacem dengan lahap dan banyak tapi tetep murah (harganya cuma 2 ribu per tusuk). Oke lah, walaupun agak mahal, tapi suasananya dapet lah yaa walaupun sepi, yang hanya dihibur suara mobil kayuh dan para pengamen. Sepi tapi tetep joss kalo menurut aku :D (maaf gak sempet motret lokasi, but you can find it on my vlog soon, here is the link --> Juwita's vlog).
Mau yang lebih joss?
Ada salah satu kunjungan yang asli joss banget! Setiap ke Jogja gak mungkin gak lewat ke gedung putih yang letaknya ada di ujung Malioboro, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, sebrang Benteng Vredeburg. Tapi, entah belum ada kesempatan atau ragu-ragu (apakah tempat ini terbuka untuk umum atau tidak), jadinya aku belum pernah masuk ke dalam gedungnya. Baru di kunjungan kemarin aku baru ngeuh kalo gedung putih megah ini adalah Gedung Agung atau Istana Kepresidenan Yogyakarta. Jadi, istana ini adalah salah satu dari beberapa Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia. Lainnya ada Istana Merdeka, Istana Bogor, Istana Cipanas, dan Istana Tampaksiring di Bali.
Selama berada di Istana Kepresidenan Yogyakarta ini, tidak diperbolehkan mengambil gambar di area dalam bangunan. Tapi kalo mau narsis-narsis dikit boleh kok, tapi hanya diperkenankan di area luar dan perpustakaan. Sayang sekali ya, tapi hal baiknya kami jadi bisa fokus menikmati dan mendalami setiap kejadian kepresidenan yang ada di istana ini, apalagi di area museumnya.
Di museum ini terpampang lukisan-lukisan keren dari para mantan presiden dan wakil presiden RI, dari mulai jaman Bapak Soekarno dan Bung Hatta, sampai yang terakhir Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Budiono. Selain upclose and personal with tokoh-tokoh kepresidenan, istana ini juga menampilkan sejarah dan kepemimpinan di Yogyakarta dari jaman Agresi Militer, begitu pun dengan kejadian alam seperti gempa bumi. Tak ketinggalan, foto-foto pahlawan nasional pun menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Yogyakarta. Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa kunjungi website Presiden RI ini.
Tiba saatnya perpustakaan yang dikunjungi. Cenderung kecil dengan dekorasi seadanya. Di atas rak-rak buku terpampang foto dari para mantan presiden RI. Buku yang tersedia diantaranya karya para mantan Presiden, seperti tulisan-tulisannya Bapak BJ Habibie, buku-buku tentang Istana Kepresidenan, buku-buku tentang Jawa, juga tentang Indonesia pada umumnya.
Di bagian dalam dan luar istana ini juga terdapat arca-arca loh! Salah satunya adalah Dwarapala yang terbuat dari batu. Konon Dwarapala yang ada di sini merupakan salah satu dari arca kuno yang serupa dengan yang ada di Kalasan.
Selain dari bebatuan, juga terdapat ukiran menyerupai arca di setiap sudut luar dari bagunan putih ini. Hal ini mengingatkanku pada Jepara dengan ukiran indahnya ;).
Ada satu arca lagi nih, gak tau namanya apa, tapi menyerupai burung garuda dengan kepakan sayapnya yang lebar.
Dari Istana Kepresidenan Yogyakarta, aku berkesempatan mengunjungi Kongres Bahasa Jawa VI yang diselenggarakan di Hotel Inna Garuda Malioboro. Wah kebetulan nih, aku memang lagi belajar bahasa Jawa sedikit demi sedikit. Kesan pertama melihat booth-booth di Kongres ini adalah pusing! Ada area aksara Jawa (hanacaraka) yang bahkan aku gak ngerti (begitupun dengan aksara Sunda yang belum pernah aku pelajari).
Di booth lainnya, kami dapat melihat proses pembuatan wayang kulit. Yang paling seru dan joss pastinya di kongres ini adalah aku bisa belajar membantik for the first time (yaelah, kemana ajaaaaa baru belajar). Emang dasarnya gak bisa dan gak suka menggambar, jadinya aku cuma bikin bunga simple dan tulisan seperti nih hihii.
Satu lagi yang menarik dan bikin aku (lagi-lagi) mengernyitkan dahi saking gak ngertinya, yaitu di kongres ini ada lomba nembang Jawa loh! Para pesertanya juga kebanyakan tergolong anak muda. Salut! Di usia muda, mereka masih melestarikan budayanya sendiri. Eh tapi suara mereka bagus-bagus loh!
Selesai berkeliling di Kongres Bahasa Jawa VI, perut pun lapar. Makanan yang ada di Hotel Inna Garuda Malioboro ini recommended loh! Aku tuh udah di titik bosan dengan makanan yang disajikan oleh hotel-hotel yang notabene seragam dan itu-itu saja. Nah, makanan di hotel ini beda! Tradisional banget! Ada gado-gado, baso kuah, daun pepaya (gak pahit loh), dan es teler (tapi berkuah sirup stroberi). Enyaaaakkk! Sayang, gak sempet motret semua makanannya, soalnya khusu makan karena laper.
Sudah cukup joss? Belum?
Oke, ini baru joss yang beneran. Buat yang belum tau apa kaitannya Jogja dengan joss, kalo di sini itu hits banget yang namanya Kopi Joss! Kayak gimana Kopi Joss itu? Aku sebenarnya udah pernah liat liputannya di salah satu TV swasta, tapi belum punya kesempatan untuk mencicipinya langsung. Sudah kebayang bentuknya seperti apa, sekarang aku penasaran rasanya kayak gimana.
Di angkringan daerah utara Stasiun Tugu Yogyakarta, tepatnya di Jalan Mangkubumi, berderet para penjual Kopi Joss. Di sebrang deretan angkringan ini digelar tikar buat lesehan. Walaupun remang-remang tapi asik banget. Seperti biasa, para pengamen setia menemani. Aku lebih memilih duduk di bangku dekat bakul-bakul yang berjejer. Jadi, angkringan di sini bukan berbentuk gerobak, melainkan dua buah bakul untuk masing-masing penjual. Nah, di bakul ini lah tersimpan sate bacem dan nasi kucing khas angkringan. Sebelum menyantap Kopi Joss, aku pun (lagi-lagi) mengambil beberapa tusuk sate kerang dan telur favorit. Oia, aku nongkrongnya di Angkringan Kopi Joss "Lek No".
Ibu penjual Kopi Joss bilang kalo kopi udah siap untuk dicelupi arang. Aku pun mendekat dan tidak mau melewatkan dan mendokumentasikan proses memasukkan arang panas ke dalam kopi dengan kamera demi vlog saya :D.
Jadi intinya, Kopi Joss ini merupakan kopi biasa dengan dua pilihan kopi, ada kopi hitam dan kopi susu. Apanya sih yang joss? Yups, bunyinya itu loh. Bunyi yang dihasilkan dari celupan arang ke dalam kopinya. Arang panas yang dibakar dalam api, lalu seketika dimasukkan ke dalam gelas berisi kopi. Joooossssss! Gitu bunyinya kira-kira (sebenarnya sih ceeeeeesssssss :D). Agak segan sih mau mencicipi Kopi Joss ini, takutnya pahit karena berisi arang. Tapi, ternyata rasa arang hitam dalam kopi gak terasa sama sekali loh! Bahkan tidak mengubah rasa kopinya itu sendiri. Sebenarnya biasa aja sih yaa, cuma yang punya konsep awalnya ini yang menurut aku joss dan kereeenn yang menjadikan sensasi lain dari penyajian kopi yang biasanya gitu-gitu aja. Kopi Joss ini konon berkhasiat untuk penyakit perut, seperti mules dan kembung. Bagi aku, kopi tetaplah kopi yang rasanya sama dan sukses beberapa kali menyugesti aku jadi susah tidur ~~
Masih ada hal lainnya yang joss. Sekarang giliran wisata heritage! Lagi-lagi aku baru berkesempatan ke sini. Yups, Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta atau juga Taman Sari Water Castle. Terkejut banget karena ternyata lokasi Taman Sari ini berada di kawasan pemukiman padat penduduk. Bahkan pengunjung pun dapat masuk melalui area pasar. Dengan tiket masuk Rp. 5.000 untuk warga lokal dan Rp. 12.000 untuk wisatawan mancanegara, serta tambahan Rp. 2.000 untuk setiap kamera yang dibawa, aku pun bernostalgia dan merasakan kehidupan layaknya puteri keraton.
Sebelum masuk ke area pemandian keluarga kesultanan (pada jaman dulu), akupun harus melewati lorong panjang. Konon, lorong ini sering digunakan para pecinta fotografi untuk mengeksplor kemampuan memotret mereka.
Nah, tibalah di area megah dan penuh air (bagi aku sih memang megah). Di area pertama yang merupakan tempat pemandian keluarga kesultanan, terdapat dua buah kolam berwarna biru. Di salah satu sisinya terdapat ruang ganti.
Memasuki area lainnya, juga terdapat satu kolam yang konon katanya kolam khusus sultan. Di area ini terdapat tempat beristirahat dengan sebuah kasur besar di dalamnya. Bisa dikatakan kedua area ini sama-sama keren! Selama di sini, pikiran aku menerawang ke masa lampau, membayangkan bagaimana kehidupan kesultanan pada masa itu.
Sebenarnya setiap area di Taman Sari ini memiliki penamaan tersendiri, tapi dikarenakan penamaannya rumit bagi aku yang seorang Sunda, jadi mending kamu liat di link ini aja yaa untuk lebih detailnya.
Area favorit ketiga aku di Taman Sari ini bernama Sumur Gumuling. Konon Sumur Gumuling ini dulunya tempat beribadah karena terdapat mihrab di dalamnya. Bentuknya berundak dan menurut aku sangat artistik. Menuju ke tempat ini harus melalui terowongan lainnya, melewati Kampoeng Cyber.
Seperti yang sudah disinggung di atas, di kawasan sekitar Taman Sari Water Castle ini terdapat kampung yang secara swadaya memiliki keinginan besar untuk berkembang. Salah satunya dengan menghadirkan teknologi informasi untuk warga RT 36 di kawasan tersebut. Ya, RT 36 RW 09 di Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton Yogyakarta ini menamai dirinya dengan Kampoeng Cyber. Ternyata selain Cimahi yang merupakan Cyber City, Yogyakarta pun juga gak mau kalah yaa (entahlah siapa yang mengusung konsep ini duluan dan tidak perlu diperdebatkan :D).
Awalnya tidak berniat berkunjung ke Kampoeng Cyber karena kami tak sengaja melewati daerah ini ketika hendak menuju Sumur Gumuling. Beberapa tahun lalu, kampung ini sempat booming karena dikunjungi oleh CEO Facebook, Mark Zuckerberg (pada Oktober 2014). Tapi asli, saya bahkan baru sadar kalo lokasinya ternyata di sini, di Yogyakarta.
Waaaahh ini sih joss banget! Kampung paling joss yang pernah aku kunjungi so far. Jarang-jarang dalam satu RT semua sudah difasilitasi sistem teknologi informasi. Selain website, kampung ini juga punya media sosial loh! Bahkan dalam peta lokasinya, setiap kepala keluarga memiliki potensi dan tugas masing-masing di dalam Kampoeng Cyber. Kampung ini pun berwarna-warni dengan banyaknya grafiti dan mural di setiap dinding jalannya.
Last but not least, berkunjung ke Kota Gudeg tidak lengkap rasanya tanpa makan dan membeli oleh-oleh gudeg. Di hari kedua, sebenarnya saya berniat mengunjungi Sellie Kopi yang hits berkat film AADC 2. Tapi sayang, setelah hujan-hujanan menuju sana, ternyata kedai sedang tutup. Akhirnya, kami memutuskan untuk pergi ke Gudeg Yu Djum yang populer, tepatnya di Jalan Wijilan. Beraneka macam paketan menu gudeg, tapi yang aku pilih adalah gudeg krecek plus ati ampela dan telur (yes I know ini kebanyakan dan alhasil memang tidak habis termakan). Rasanya? Enak kok, tapi memang aku orangnya gak bisa makan gudeg terlalu banyak karena gampang eneg (kecuali makan penyetan pedaaaasss: lidah Sunda banget :D).
Di hari terakhir, aku berkunjung ke tempat gudeg lainnya yang tak kalah hits demi oleh-oleh untuk suami dan temen-temen di Jakarta. Tempat ini berada di Jalan Kaliurang sekitaran Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), namanya Gudeg Mbarek Bu Hj. Ahmad. Seperti biasa, beragam paket ditawarkan mulai dari harga 30 ribuan sampai seratus ribuan bahkan lebih.
Wisata kuliner sudah, wisata sejarah sudah, wisata heritage sudah, oleh-oleh pun sudah di tangan. Saatnya kembali ke Jakarta dengan beragam aktivitas. See you on the next trip!
#juwisfoodystuff
#PesonaIndonesia
#WonderfulIndonesia
Memang paling asik mengayuh mobil ini bersama teman-teman |
Nah, mengenai angkringan yang aku pilih, sebenarnya bukan di spot yang ramai, tapi cenderung sepi dengan pengunjung yang sepi pula. Kami memesan baceman ceker, sate telur, sate usus, dan satu nasi kucing tempe orek. Tidak lupa untuk menambah hangat suasana, aku pun memesan susu jahe. Tapi ternyata aku kurang suka dengan susu jahenya (susu jahe kemasan sih sebenarnya) karena susu yang disajikan adalah susu putih (which I don't like the most). Jadinya aku memesan minuman lagi: Es Teh Manis! Yaelah, bukan menghangatkan suasana lagi ceritanya kalo gini. Makanannya sih enak, tapi gak tau kenapa setelahnya jadi ngerasa kurang puas aja soalnya kok agak mahal yaa harganya (katanya sih harga pertusuknya 4 ribu). Mungkin karena beberapa minggu sebelumnya di Semarang dan Jepara aku pun makan sate bacem dengan lahap dan banyak tapi tetep murah (harganya cuma 2 ribu per tusuk). Oke lah, walaupun agak mahal, tapi suasananya dapet lah yaa walaupun sepi, yang hanya dihibur suara mobil kayuh dan para pengamen. Sepi tapi tetep joss kalo menurut aku :D (maaf gak sempet motret lokasi, but you can find it on my vlog soon, here is the link --> Juwita's vlog).
Mau yang lebih joss?
Ada salah satu kunjungan yang asli joss banget! Setiap ke Jogja gak mungkin gak lewat ke gedung putih yang letaknya ada di ujung Malioboro, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, sebrang Benteng Vredeburg. Tapi, entah belum ada kesempatan atau ragu-ragu (apakah tempat ini terbuka untuk umum atau tidak), jadinya aku belum pernah masuk ke dalam gedungnya. Baru di kunjungan kemarin aku baru ngeuh kalo gedung putih megah ini adalah Gedung Agung atau Istana Kepresidenan Yogyakarta. Jadi, istana ini adalah salah satu dari beberapa Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia. Lainnya ada Istana Merdeka, Istana Bogor, Istana Cipanas, dan Istana Tampaksiring di Bali.
Istana Kepresidenan Yogyakarta |
Istana Kepresidenan Yogyakarta |
Selama berada di Istana Kepresidenan Yogyakarta ini, tidak diperbolehkan mengambil gambar di area dalam bangunan. Tapi kalo mau narsis-narsis dikit boleh kok, tapi hanya diperkenankan di area luar dan perpustakaan. Sayang sekali ya, tapi hal baiknya kami jadi bisa fokus menikmati dan mendalami setiap kejadian kepresidenan yang ada di istana ini, apalagi di area museumnya.
Area Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta |
Di museum ini terpampang lukisan-lukisan keren dari para mantan presiden dan wakil presiden RI, dari mulai jaman Bapak Soekarno dan Bung Hatta, sampai yang terakhir Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Budiono. Selain upclose and personal with tokoh-tokoh kepresidenan, istana ini juga menampilkan sejarah dan kepemimpinan di Yogyakarta dari jaman Agresi Militer, begitu pun dengan kejadian alam seperti gempa bumi. Tak ketinggalan, foto-foto pahlawan nasional pun menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Yogyakarta. Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa kunjungi website Presiden RI ini.
Tiba saatnya perpustakaan yang dikunjungi. Cenderung kecil dengan dekorasi seadanya. Di atas rak-rak buku terpampang foto dari para mantan presiden RI. Buku yang tersedia diantaranya karya para mantan Presiden, seperti tulisan-tulisannya Bapak BJ Habibie, buku-buku tentang Istana Kepresidenan, buku-buku tentang Jawa, juga tentang Indonesia pada umumnya.
Perpustakaan Istana Kepresidenan Yogyakarta |
Perpustakaan Istana Kepresidenan Yogyakarta |
Di bagian dalam dan luar istana ini juga terdapat arca-arca loh! Salah satunya adalah Dwarapala yang terbuat dari batu. Konon Dwarapala yang ada di sini merupakan salah satu dari arca kuno yang serupa dengan yang ada di Kalasan.
Dwarapala di area Istana Kepresidenan Yogyakarta |
Selain dari bebatuan, juga terdapat ukiran menyerupai arca di setiap sudut luar dari bagunan putih ini. Hal ini mengingatkanku pada Jepara dengan ukiran indahnya ;).
Ukiran kayu di area Istana Kepresidenan Yogyakarta |
Ada satu arca lagi nih, gak tau namanya apa, tapi menyerupai burung garuda dengan kepakan sayapnya yang lebar.
Arca di area Istana Kepresidenan Yogyakarta |
di area Istana Kepresidenan Yogyakarta |
Dari Istana Kepresidenan Yogyakarta, aku berkesempatan mengunjungi Kongres Bahasa Jawa VI yang diselenggarakan di Hotel Inna Garuda Malioboro. Wah kebetulan nih, aku memang lagi belajar bahasa Jawa sedikit demi sedikit. Kesan pertama melihat booth-booth di Kongres ini adalah pusing! Ada area aksara Jawa (hanacaraka) yang bahkan aku gak ngerti (begitupun dengan aksara Sunda yang belum pernah aku pelajari).
Bersama adik-adik berblangkon dan pintar aksara Jawa |
Di booth lainnya, kami dapat melihat proses pembuatan wayang kulit. Yang paling seru dan joss pastinya di kongres ini adalah aku bisa belajar membantik for the first time (yaelah, kemana ajaaaaa baru belajar). Emang dasarnya gak bisa dan gak suka menggambar, jadinya aku cuma bikin bunga simple dan tulisan seperti nih hihii.
Belajar membatik di Kongres Bahasa Jawa |
Belajar membatik di Kongres Bahasa Jawa |
Satu lagi yang menarik dan bikin aku (lagi-lagi) mengernyitkan dahi saking gak ngertinya, yaitu di kongres ini ada lomba nembang Jawa loh! Para pesertanya juga kebanyakan tergolong anak muda. Salut! Di usia muda, mereka masih melestarikan budayanya sendiri. Eh tapi suara mereka bagus-bagus loh!
Selesai berkeliling di Kongres Bahasa Jawa VI, perut pun lapar. Makanan yang ada di Hotel Inna Garuda Malioboro ini recommended loh! Aku tuh udah di titik bosan dengan makanan yang disajikan oleh hotel-hotel yang notabene seragam dan itu-itu saja. Nah, makanan di hotel ini beda! Tradisional banget! Ada gado-gado, baso kuah, daun pepaya (gak pahit loh), dan es teler (tapi berkuah sirup stroberi). Enyaaaakkk! Sayang, gak sempet motret semua makanannya, soalnya khusu makan karena laper.
Lunch at Hotel Inna Garuda Malioboro |
Sudah cukup joss? Belum?
Oke, ini baru joss yang beneran. Buat yang belum tau apa kaitannya Jogja dengan joss, kalo di sini itu hits banget yang namanya Kopi Joss! Kayak gimana Kopi Joss itu? Aku sebenarnya udah pernah liat liputannya di salah satu TV swasta, tapi belum punya kesempatan untuk mencicipinya langsung. Sudah kebayang bentuknya seperti apa, sekarang aku penasaran rasanya kayak gimana.
Di angkringan daerah utara Stasiun Tugu Yogyakarta, tepatnya di Jalan Mangkubumi, berderet para penjual Kopi Joss. Di sebrang deretan angkringan ini digelar tikar buat lesehan. Walaupun remang-remang tapi asik banget. Seperti biasa, para pengamen setia menemani. Aku lebih memilih duduk di bangku dekat bakul-bakul yang berjejer. Jadi, angkringan di sini bukan berbentuk gerobak, melainkan dua buah bakul untuk masing-masing penjual. Nah, di bakul ini lah tersimpan sate bacem dan nasi kucing khas angkringan. Sebelum menyantap Kopi Joss, aku pun (lagi-lagi) mengambil beberapa tusuk sate kerang dan telur favorit. Oia, aku nongkrongnya di Angkringan Kopi Joss "Lek No".
Angkringan Kopi Joss "Lek No" |
My favorit ever! Sate bacem angkringan! |
Ibu penjual Kopi Joss bilang kalo kopi udah siap untuk dicelupi arang. Aku pun mendekat dan tidak mau melewatkan dan mendokumentasikan proses memasukkan arang panas ke dalam kopi dengan kamera demi vlog saya :D.
Jadi intinya, Kopi Joss ini merupakan kopi biasa dengan dua pilihan kopi, ada kopi hitam dan kopi susu. Apanya sih yang joss? Yups, bunyinya itu loh. Bunyi yang dihasilkan dari celupan arang ke dalam kopinya. Arang panas yang dibakar dalam api, lalu seketika dimasukkan ke dalam gelas berisi kopi. Joooossssss! Gitu bunyinya kira-kira (sebenarnya sih ceeeeeesssssss :D). Agak segan sih mau mencicipi Kopi Joss ini, takutnya pahit karena berisi arang. Tapi, ternyata rasa arang hitam dalam kopi gak terasa sama sekali loh! Bahkan tidak mengubah rasa kopinya itu sendiri. Sebenarnya biasa aja sih yaa, cuma yang punya konsep awalnya ini yang menurut aku joss dan kereeenn yang menjadikan sensasi lain dari penyajian kopi yang biasanya gitu-gitu aja. Kopi Joss ini konon berkhasiat untuk penyakit perut, seperti mules dan kembung. Bagi aku, kopi tetaplah kopi yang rasanya sama dan sukses beberapa kali menyugesti aku jadi susah tidur ~~
Kopi Joss |
Masih ada hal lainnya yang joss. Sekarang giliran wisata heritage! Lagi-lagi aku baru berkesempatan ke sini. Yups, Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta atau juga Taman Sari Water Castle. Terkejut banget karena ternyata lokasi Taman Sari ini berada di kawasan pemukiman padat penduduk. Bahkan pengunjung pun dapat masuk melalui area pasar. Dengan tiket masuk Rp. 5.000 untuk warga lokal dan Rp. 12.000 untuk wisatawan mancanegara, serta tambahan Rp. 2.000 untuk setiap kamera yang dibawa, aku pun bernostalgia dan merasakan kehidupan layaknya puteri keraton.
Gerbang utama menuju Taman Sari Water Castle |
Salah satu spot di Taman Sari Water Castle |
Sebelum masuk ke area pemandian keluarga kesultanan (pada jaman dulu), akupun harus melewati lorong panjang. Konon, lorong ini sering digunakan para pecinta fotografi untuk mengeksplor kemampuan memotret mereka.
Terowongan Taman Sari Yogyakarta |
Nah, tibalah di area megah dan penuh air (bagi aku sih memang megah). Di area pertama yang merupakan tempat pemandian keluarga kesultanan, terdapat dua buah kolam berwarna biru. Di salah satu sisinya terdapat ruang ganti.
Taman Sari Yogyakarta |
Taman Sari Yogyakarta |
Memasuki area lainnya, juga terdapat satu kolam yang konon katanya kolam khusus sultan. Di area ini terdapat tempat beristirahat dengan sebuah kasur besar di dalamnya. Bisa dikatakan kedua area ini sama-sama keren! Selama di sini, pikiran aku menerawang ke masa lampau, membayangkan bagaimana kehidupan kesultanan pada masa itu.
Taman Sari Yogyakarta |
Sebenarnya setiap area di Taman Sari ini memiliki penamaan tersendiri, tapi dikarenakan penamaannya rumit bagi aku yang seorang Sunda, jadi mending kamu liat di link ini aja yaa untuk lebih detailnya.
Area favorit ketiga aku di Taman Sari ini bernama Sumur Gumuling. Konon Sumur Gumuling ini dulunya tempat beribadah karena terdapat mihrab di dalamnya. Bentuknya berundak dan menurut aku sangat artistik. Menuju ke tempat ini harus melalui terowongan lainnya, melewati Kampoeng Cyber.
Sumur Gumuling Taman Sari Yogyakarta |
Sumur Gumuling Taman Sari Yogyakarta |
Seperti yang sudah disinggung di atas, di kawasan sekitar Taman Sari Water Castle ini terdapat kampung yang secara swadaya memiliki keinginan besar untuk berkembang. Salah satunya dengan menghadirkan teknologi informasi untuk warga RT 36 di kawasan tersebut. Ya, RT 36 RW 09 di Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton Yogyakarta ini menamai dirinya dengan Kampoeng Cyber. Ternyata selain Cimahi yang merupakan Cyber City, Yogyakarta pun juga gak mau kalah yaa (entahlah siapa yang mengusung konsep ini duluan dan tidak perlu diperdebatkan :D).
Kampoeng Cyber Yogyakarta |
Awalnya tidak berniat berkunjung ke Kampoeng Cyber karena kami tak sengaja melewati daerah ini ketika hendak menuju Sumur Gumuling. Beberapa tahun lalu, kampung ini sempat booming karena dikunjungi oleh CEO Facebook, Mark Zuckerberg (pada Oktober 2014). Tapi asli, saya bahkan baru sadar kalo lokasinya ternyata di sini, di Yogyakarta.
Kampoeng Cyber Yogyakarta |
Waaaahh ini sih joss banget! Kampung paling joss yang pernah aku kunjungi so far. Jarang-jarang dalam satu RT semua sudah difasilitasi sistem teknologi informasi. Selain website, kampung ini juga punya media sosial loh! Bahkan dalam peta lokasinya, setiap kepala keluarga memiliki potensi dan tugas masing-masing di dalam Kampoeng Cyber. Kampung ini pun berwarna-warni dengan banyaknya grafiti dan mural di setiap dinding jalannya.
Sosial medianya Kampoeng Cyber Yogyakarta |
Mural petruk di Kampoeng Cyber Yogyakarta |
Last but not least, berkunjung ke Kota Gudeg tidak lengkap rasanya tanpa makan dan membeli oleh-oleh gudeg. Di hari kedua, sebenarnya saya berniat mengunjungi Sellie Kopi yang hits berkat film AADC 2. Tapi sayang, setelah hujan-hujanan menuju sana, ternyata kedai sedang tutup. Akhirnya, kami memutuskan untuk pergi ke Gudeg Yu Djum yang populer, tepatnya di Jalan Wijilan. Beraneka macam paketan menu gudeg, tapi yang aku pilih adalah gudeg krecek plus ati ampela dan telur (yes I know ini kebanyakan dan alhasil memang tidak habis termakan). Rasanya? Enak kok, tapi memang aku orangnya gak bisa makan gudeg terlalu banyak karena gampang eneg (kecuali makan penyetan pedaaaasss: lidah Sunda banget :D).
Gudeg Yu Djum |
Suasana Gudeg Yu Djum |
Gudeg Yu Djum |
Di hari terakhir, aku berkunjung ke tempat gudeg lainnya yang tak kalah hits demi oleh-oleh untuk suami dan temen-temen di Jakarta. Tempat ini berada di Jalan Kaliurang sekitaran Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), namanya Gudeg Mbarek Bu Hj. Ahmad. Seperti biasa, beragam paket ditawarkan mulai dari harga 30 ribuan sampai seratus ribuan bahkan lebih.
Wisata kuliner sudah, wisata sejarah sudah, wisata heritage sudah, oleh-oleh pun sudah di tangan. Saatnya kembali ke Jakarta dengan beragam aktivitas. See you on the next trip!
#juwisfoodystuff
#PesonaIndonesia
#WonderfulIndonesia
0 comments