Restoran Rasa Kaki Lima (Eh, Gak Kebalik?)

June 10, 2019

Awal bulan lalu sebelum puasa, kami kulineran dadakan. Kalo bukan karena suami ada kumpul-kumpul barengan Aparatur Muda, kayaknya ga ada agenda kulineran deh. Sambil menunggu waktu berkumpul (kebetulan kami datang lebih awal), kami makan dulu di sebuah restoran di Pacific Place. Restoran sih.... Tapi, makanannya rasa kaki lima. Gak tau ya, mau sedih apa seneng. Soalnya, yang namanya makan di restoran mall ternama kan pricey ya, udah gitu taunya rasa kaki lima :D.

Niat pertama sih nyari tempat makan yang tempatnya lucu. Jatuh lah pilihan di sebuah restoran dengan dominasi warna tosca (salah satu warna favorit aku). Ada banner berisi beberapa daftar menu di depan restoran. Mie ayam! Ok, kami masuk soalnya lagi males makan yang berat. Ekspektasi awal sih mie ayamnya pasti special karena beragam macam mie dan toppingnya. Ternyata oh ternyataaaa... (ceritanya dilanjut di bawah ya abis review tempat :D)


IWS Cafe & Noodle. Namanya emang keminggris, tapi makanan yang disajikan Indonesia banget! Asli, Indonesia banget! Mana ada coba Kue Klepon dan Kue Mangkok dijual di mall! Hanya di IWS :D.

IWS Cafe & Noodle tampak depan


Selain menu tadi, ada juga Siomay, Otak-otak, Putu Mayang, Es Kacang, Es Cendol, Baso, dan BACANG! Sekilas menarik ya. Maksudnya, penasaran aja bakalan sespesial apa penyajian dan rasa dari makanan Indonesia di restoran ini.

Banner menu IWS Cafe & Noodle



Daftar Menu IWS Cafe & Noodle

Dari segi dekorasi, ornamen dan lukisan ayam mendominasi. Memang sih, kayaknya ga ada menu dengan topping selain ayam. Mungkin itu salah satu alasan mereka memasang ornamen ayam-ayaman.


Dekorasi ayam-ayaman



Piring-piring cantik ala Turki pun tak luput dari perhatian. Begitupun hiasan abstrak macam potongan-potongan keramik yang disusun rapi jadi sebuah hiasan di figura yang cantik. Entah apa ya maksudnya ornamen ini nyambungnya sama masakan Indonesia. Tapi, ya sudahlah :D.

Ornamen piring dan keramik


Mejanya banyak, penuh dari luar sampai ke tengah-tengah ruangan. Warnanya kalem jadi ga 'nabrak' warna dinding toscanya. Yang unik adalah tempat duduk rustic-nya yang terbuat dari bahan besi ringan. Tapi ada kok tempat duduk macam sofa di setiap sisi restorannya. Di beberapa meja juga disediakan aneka kerupuk dan peyek dalam sebuah wadah. Eh, kok macam rumah makan biasa ya?

Suasana restoran

Kursi rustic

Suasana dapurnya malah sedikit modern. Letaknya di ujung ruangan. Di sepanjang dindingnya dipenuhi lemari terbuka yang berisi mangkok-mangkok berjejer rapi.

Suasana dapur

Okay, saatnya makan!
Aku dan suami pesen mie ayam yang berbeda. Mie IWS Hijau Kari buat aku dan Mie IWS Rica-rica buat suami. Rasanyaaaa? Enak sih, tapi masih dalam tahap enak aja, ga enak banget. Soalnya mie ayam pinggir jalan ada yang lebih enaaaak! Enak di lidah, enak di kantong juga ahahahha. Tapi, ya sudah lah, yang penting kenyang.

Mie IWS Hijau Kari yang aku pesan rasanya kayak opor loh! Jadi, bayangin aja, mie pake opor gimana rasanya? Gurih banget karena kuahnya lumayan kental. Toppingnya telur, ayam, toge, dan bawang goreng. Eh ada tahunya juga. Ahahhaha agak random ternyata ya. Ini rasa opor apa kupat tahu Padalarang ya? :D. Harganya Rp50.000. Ya ya yaaaa......

Mie IWS Hijau Kari


Nah, Mie IWS Rica-rica malah rasanya lebih biasa menurut aku. Mie ayam, dikasih topping ayam cincang rica-rica, plus sawi hijau. Itu TOK! Mmmmmm okay, dengan harga Rp50.000 harusnya bisa disajikan dengan 'lebih' ya. Kalo di cafe bisa dapet 2 mangkok tuh. Kalo di kaki lima? Bisa dapet 4 mangkok! Saking tampilannya biasa, aku sampe bingung mau motret menu ini kayak gimana. Jadi, alakadarnya deh.

Mie IWS Rica-rica


Kami gak pesen minum. Cuma penasaran aja sama dessert-nya. Dari awal pengen pesen Es Cendol, tapi ternyata kosong. Akhirnya aku ganti dengan Es Kacang Ijo.

Es Kacang Ijonya disajikan di gelas kaki (eh apa ya namanya?). Porsinya ga begitu banyak untuk seharga Rp38.000. Kacang ijo kan biasanya pake santan cair ya, nah ini pake santan kental dan berampas (ada irisan kelapanya juga). Ada pelengkapnya berwarna hitam, lupa itu apa, kayaknya sejenis cincau. Rasanya ga terlalu manis, malah agak asin. Entah dibuat begitu atau memang efek dari esnya. Entahlah...

Es Kacang Ijo

Overall, dengan harga Rp138.000 (belum termasuk tax) dan cuma makan Mie Ayam dan Es Kacang Ijo agaknya sedikit gak worth it ya. Mahal iya, rasanya juga ga sesuai ekspektasi aku yang berlebih ini. Walaupun enak, tapi kayaknya aku ga bakalan lagi dua kali ke restoran ini. Cukup mencoba sekali aja dan dijadikan pengalaman. Next time, kalau mau makan Mie Ayam atau Bakmi doank mah di kaki lima aja deh biar puas dari segala segi: Rasa dan dompet :D.

Ayah dan Latoe


Bunda dan Latoe



#Juwisfoodystuff

You Might Also Like

0 comments